BNPB Imbau Masyarakat Waspada dan Mitigasi Bencana di Wilayahnya

Kepala BNPB Letjen Doni Monardo (kiri) berbincang dengan Gubernur Ganjar Pranowo terkait dengan potensi kebencanaan di wilayah Jawa Tengah.

Semarang, Idola 92.6 FM – Kepala BNPB Letjen Doni Monardo mengatakan Indonesia merupakan wilayah yang rentan terjadi bencana, sehingga masyarakat harus bisa memahami dan selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana yang ada di wilayahnya.

Doni menjelaskan, sejumlah wilayah di Indonesia memiliki sejarah panjang tentang kebencanaan dan beberapa di antaranya merupakan bencana alam yang cukup besar dengan korban jiwa juga banyak.

Menurutnya, beberapa bencana besar yang pernah terjadi dan tercatat adalah gempa dan tsunami pada 19 Agustus 1977 di sepanjang pantau NTB, Bali, pesisir Jawa Timur dan sebagian selatan Jawa Tengah. Kemudin juga ada di wilayah Banyuwangi pada 1994 dan Aceh 2004 lalu.

Masyarakat yang tinggal di pesisir pantai, jelas Doni, harus selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana gempa dan tsunami. Sehingga, dengan edukasi dan pemahaman yang masif akan membuat masyarakat siap menghadapi bencana.

“Potensi ini satu ketika akan berulang, karena alam mencari keseimbangan. Nah, ketika alam mencari keseimbangan terjadilah gesekan atau pergerakan lempeng. Maka, timbullah penglepasan energi gempa yang skalanya lebih dari delapan. Akibatnya apa? Timbullah gelombang tsunami. Kalau ini tidak diingatkan setiap waktu, maka bisa jadi masyarakat lupa dan saya sangat berharap semua tokoh dan masyarakat mau bekerja sama saling mengingatkan,” kata Doni di sela Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) di Pantai Laguna Lembupurwo, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, kemarin.

Lebih lanjut Doni menjelaskan, tidak semua daerah di Indonesia memiliki alat deteksi dini tsunami. Sehingga, ketika terjadi gempa di wilayah laut tidak semua daerah mempunyai sistem peringatan dini untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat.

“Oleh karena itu, pelatihan kebencanaan harus ditingkatkan dan melibatkan masyarakat. Kalau selama ini latihan hanya petugas BPBD, perangkat desa atau Tagana saja. Mulai sekarang, tiap keluarga harus tahu bila ada gempa apa yang harus dilakukan,” pungkasnya. (Bud)