Dinkes Jateng Optimalkan Fungsi Posbindu Untuk Cegah Penyakit Tidak Menular

Semarang, Idola 92.6 FM – Dinas Kesehatan Jawa Tengah terus berupaya, untuk menekan jumlah penderita penyakit tidak menular (PTM) yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Upaya yang dilakukan, dengan memberdayakan fungsi dari Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) dan mengajak masyarakat Jateng secara rutin memeriksakan kesehatan dan rajin berolahraga.

Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo mengatakan ada 5.488 posbindu, yang sudah terbesar di seluruh kabupaten/kota di provinsi ini. Tujuannya, untuk mengurangi penderita PTM dan mencegah kematian fatal akibat dari kebiasaan hidup tidak sehat.

Menurutnya, tren penderita PTM di Jateng terus mengalami peningkatan. Bahkan, ada kecenderungan jika masyarakat tidak takut terhadap PTM.

Yulianto menjelaskan, tidak takutnya masyarakat terhadap PTM itu karena masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksa kesehatan secara rutin setiap enam bulan sekali. Di samping itu juga, masyarakat juga sudah terbiasa mengonsumsi makanan cepat saji dan kurang berolahraga.

Oleh karena itu, jelas Yulianto, pihaknya meminta Dinas Kesehatan kabupaten/kota di Jateng untuk terus aktif memberdayakan posbindu di daerahnya masing-masing guna mengedukasi masyarakat tentang kesehatan.

“Untuk program penyakit tidak menular di Jawa Tengah. Kita sudah mempunyai 5.488 posbindu. Kabupaten terbanyak yang punya posbindu adalah Kabupaten Purworejo ada 502 posbindu, dan paling sedikit adalah Kota Magelang karena memang daerahnya kecil. Sementara, persentase puskesmas yang melakukan deteksi dini penyakit tidak menular paling tinggi adalah Kabupaten Kebumen, Wonosobo, Sukoharjo dan Karanganyar. Kemudian ada Kota Semarang, Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Tegal,” kata Yulianto, Selasa (2/4).

Lebih lanjut Yulianto menjelaskan, data yang dimilikinya menyebutkan terjadi pergeseran PTM pada 2017 dan 2018. Pada 2017, posisi PTM tertinggi adalah Hipertensi sebesar 56 persen, dan disusul Diabetes Melitus 22 persen serta Asma sebesar tujuh persen. Sedangkan di 2018, bergeser menjadi penyakit jantung sebesar 43 persen dan Hipertensi 18,7 persen.

“Kalau risiko penyakit sudah diketahui sejak dini, pengobatan efektifnya bisa dilakukan. Sebab, risiko penyakit tidak menular sebenarnya bisa dicegah. Misalnya dengan mengurangi konsumsi rokok, dan memerbanyak aktivitas fisik serta perbanyak makan buah dan sayur. Termasuk mengurangi potensi stres,” jelasnya.

Diketahui, Dinkes Jateng membentuk posbindu setiap desa satu unit untuk melakukan deteksi dini dan pencegahan faktor risiko PTM. (Bud)