Pembangunan Perlu Meminimalkan Dampak, Kenapa Paradigma Pembangunan Ekonomi Kita masih stuck di The Tiranny of the “OR”?

Penyu Belimbing, salah satu spesies yang terancam punah.

Semarang, Idola 92.6 FM – Satu juta spesies flora dan fauna yang menuju kepunahan menandai krisis ekosistem global yang dampaknya akan dirasakan semua orang. Semua negara dituntut menyelaraskan pembangunannya agar tak memperparah krisis ekosistem global ini.

Indonesia yang memiliki keragaman hayati tertinggi di dunia menjadi sorotan karena laju degradasi lingkungan dan kepunahan spesies flora dan faunanya terjadi begitu cepat. Terkait ini, Prof Gono Semiadi, ahli biologi dari LIPI mengemukakan, pembangunan tak bisa dihentikan tetapi harus lebih ramah lingkungan agar tak memperparah laju kehilangan spesies. Kita punya banyak aturan tentang ini tetapi butuh aksi nyata karena kondisinya sudah mengkhawatirkan. Prof Gono merupakan National Focal Point Indonesia untuk The Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES).

Menurut Prof Gono, dampak degradasi ekosistem dan berkurangnya spesies akan sama besarnya dengan dampak perubahan iklim pada kehidupan manusia. Selain pemerintah, masyarakat dan swasta dituntut bertanggung jawab mengatasi soal bersama.

Lantas, bagaimana menyelaraskan pembangunan agar tak semakin memperparah krisis ekosistem global dan ancaman kepunahan jutaan spesies? Di tengah situasi semacam ini, kenapa Paradigma Pembangunan Ekonomi Kita masih stuck di The Tiranny of the “OR”? Tirani OR” merupakan sebuah konsep yang dikoreksi oleh Jim Collins yang menyebutkan bahwa seseorang harus memilih dari dua strategi yang tampaknya saling bertentangan. Konsep yang berlawanan dijuluki “Genius of The AND”.

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Gono Semiadi (Ahli Biologi dari LIPI), dan Prof Andreas Lako (Ketua Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika Soegijapranata Semarang). (Heri CS)

Berikut diskusinya: