Penyebaran Asap Karhutla Semakin Meluas bahkan Berdampak pada Kesehatan dan Negeri Tetangga, Bagaimana Mestinya Negara Bersikap?

Pengendara menembus kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, Kamis (12/9/2019). (ANTARA)
Pengendara menembus kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, Kamis (12/9/2019). (ANTARA)

Semarang, Idola 92.6 FM – Bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan gambut kian mendekati kondisi terburuk pada 2015. Asap pekat pada level membahayakan kesehatan tidak hanya terpantau di sejumlah wilayah Sumatera dan Kalimantan tetapi juga berimbas ke negara tetangga.

Analisis sebaran asap yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan sebaran asap pada Jumat lalu terdeteksi di wilayah Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Bahkan, kondisi asap pada level berbahaya setidaknya terpantau di Pekanbaru (Riau), Padang (Sumbar), dan Sampit (Kalteng).

Dampak dari kabut asap, sejumlah pemerintah daerah di Sumatera dan Kalimantan telah meliburkan sekolah. Kabut asap juga mengganggu aktivitas penerbangan di sejumlah bandara, di antaranya di Pekanbaru dan Balikpapan.

Selain itu, asap dari kebakaran lahan di Tanah Air bahkan terdeteksi menyebar ke wilayah negara tetangga. Sebaran asap yang melintasi batas negara terpantau dari Sumatera mengarah ke Selat Malaka dan Semenanjung Malaysia serta dari Kalbar ke Sarawak Malaysia. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pun berencana akan melayangkan surat kepada Pemerintah Indonesia.

Lantas, sejauh mana sebaran asap karhutla sampai saat ini? Hal apa yang patut diwaspadai—mengingat pada beberapa tempat sudah level berbahaya—apa imbauan BMKG? Menjawab itu, Radio Idola Semarang mewawancara Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) R Mulyono R Prabowo. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: