Satu Dekade Ponpes Askhabul Kahfi Telah Cetak Puluhan Santri Berprestasi

Semarang, Idola 92.6 FM – Memasuki usia 10 tahun atau satu dekade, Pondok Pesantren Askhabul Kahfi, Polaman Mijen yang berdiri pada tahun 2009 terus tumbuh berkembang hingga menjadi salah satu ponpes terkemuka di Kota Semarang, Jawa Tengah. Bahkan, kini tercatat memiliki 2.400-an santri dari berbagai daerah mulai dari Jawa hingga luar Pulau Jawa.

Pengasuh Ponpes Askhabul Kahfi KH Masruchan Bisri menyatakan, dengan dukungan wali santri para lulusan telah berkiprah sesuai bidang masing-masing. Ada yang menjadi Polri, TNI, wirausahawan, PNS, guru, dosen, hingga pengusaha sukses.

“Setidaknya kami bisa memberi pengaruh signifikan bagi kemanfaatan dan kemaslahatan bersama. Menjadi apapun, memiliki jiwa agamis,” kata Kiai Masruchan di hadapan ribuan wali santri yang hadir dalam acara Silaturahim dan Pertemuan Wali Santri Ponpes Askhabul Kahfi Polaman Mijen Kota Semarang, Minggu (21/09/2019). Acara ini sebagai forum silaturahim, komunikasi dan sosialisasi antara pengasuh yayasan dengan wali santri dalam mendidik para santri di era digital.

(Foto: Dok. PP Askhabul Kahfi)

Aska telah memiliki berbagai lembaga antara lain, pesantren salaf, pesantren tahfidz, madrasah diniyah, lembaga kajian tafsir al quran (LKTA), Lembaga Penyiaran dan Dakwah Islam, Lembaga Kajian Bahasa Inggris (LKBI), Madrasah Tsanawiyah Takhasus (MTs Takhassus), Madrasah Aliyah Takhasus, (MA Takhassus), Sekolah Menengah Pertama (SMP Terpadu), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Terpadu), dan Ma’had Aly (Tafsir 7 Ilmu Tafsir).

“Tenaga pendidik di sekolah umum rata-rata sudah sarjana S1 dan sebagian S2. Sementara untuk ustaz/ustazah pesantren dan madrasah juga dari lulusan ponpes salaf Roudlotul Muttaqin. Semua mumpuni dan memiliki kompetensi di bidang masing-masing,” ujarnya.

Selama satu dasawarsa berdiri, tercatat berbagai prestasi siswa dan santri telah ditorehkan. Terakhir, catatan prestasi siswa pada tahun 2019 antara lain: Juara debat OSIS SMA Sederajat se-Kota Semarang, Juara I IPA dan Fisika Kompetisi Sains Madrasah tingkat Kota Semarang, Juara I Putra dan III Putri Kejurnas Piala Rektor Unissula Semarang, Juara Umum Pekan Olahraga dan Seni antar Pondok Pesantren Daerah (Pospeda) tingkat Kota Semarang, dan raihan 4 medali di Pospeda tingkat Provinsi Jawa Tengah di Lebaksiu Tegal.

Wali Santri Memiliki Peran Penting

KH Masruchan Bisri menyampaikan, menjadikan anak solih/solihan dan sukses di pesantren membutuhkan peran wali santri. Sebab, selain faktor pengelola peran wali santri juga sangat besar. Oleh karena itu, melalui forum tahunan ini, ia bersama jajaran pengelola yayasan mengundang seluruh wali santri. Wali santri juga harus terlibat dalam proses mendidik anak-anaknya.

“Kami ajak muhasabah (introspeksi-red) bersama. Ada hal-hal harus juga diketahui wali santri saat mondokke anaknya. Sebab, jika wali santri tidak memahami ilmu dan menunaikan kewajiban sesuai aturan, hal itu akan menjadi hijab atau penghalang keberkahan anaknya selama di pesantren,”ujarnya di hadapan 3 ribu lebih wali santri dari berbagai daerah.

Menurut Abah Masruchan—panggilan para santri pada KH Masruchan, ada 4 kategori orang dalam hidup ini kaitannya dengan ilmu. Yakni, tahu dan tahu, tahu dan tidak tahu, tidak tahu dan tahu, dan tidak tahu dan tidak tahu. Ia berharap para wali santri menjadi orang dengan ketegori tahu dan tahu.

(Foto: Dok. PP Askhabul Kahfi)

“Saya terpanggil dan berkepentingan untuk mengundang wali santri dalam rangka agar anak-anak yang dipondokkan kelak mampu mikul dhuwur mendhem jero bagi orang tuanya,” tuturnya di hadapan sekitar 3 ribuan lebih wali santri.

Lurah PP Askhabul Kahfi, M Rikza Saputra menambahkan, Yayasan Ponpes Askhabul Kahfi merupakan lembaga pendidikan multikultural yang didalamnya mengutamakan pembentukan kepribadian dan sikap mental serta penanaman ilmu-ilmu agama islam, dengan tujuan utama untuk membentuk generasi islam yang berkualitas, bertaqwa, berakhlaq mulia, bermanfaat dan barokah.

“Untuk itu kurikulum madrasah membekali para santri dengan pelajaran agama dan umum secara seimbang sehingga mampu mengikuti dinamika kehidupan dimasyarakat nasional dan internasional,” ujar lulusan lulusan Universitas Wahid Hasyim ini.

Hingga saat ini Pondok Pesantren Askhabul Kahfi memilki 2 jenis lembaga yaitu Lembaga Formal dan Non Formal. Lembaga Formal meliputi MTs Takhassus, MA Takhassus, SMP Terpadu, SMK Terpadu, dan Ma’had Aly (Tafsir 7 Ilmu Tafsir). Sementara, Lembaga Non Formal antara lain Madrasah Diniyah Salafiyah, Tahfizdul Qur’an, Majelis Tafsir Al Qur’an, Majelis Mujahadah dan Selapanan.

(Foto: Dok. PP Askhabul Kahfi)

Dalam menunjang aktivitas santri, yayasan juga sudah menyiapkan berbagai fasilitas. Di antaranya, gedung permanen kampus terpadu mulai dari kampus 1 hingga 3, masjid, pondok/ asrama, ruang madrasah/ sekolah, ruang Perpustakaan, Laboratorium Komputer, Laboratorium Otomotif, Sarana Olahraga, Book Store, dan Mini Market.

“Kemandirian ekonomi menjadi salah satu aspek yang ditanamkan sejak dini kepada para santri. Badan-badan usaha milik pondok pesantren yang dikelolah langsung oleh para santri dan para ustazd didirikan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan santri dan masyarakat melainkan juga sebagai wahana menumbuhkan jiwa berdikari dan wirausaha serta mewujudkan kemandirian ekonomi pondok pesantren,” tuturnya.

Salah satu pengajar, Lutfil Hakim mengaku senang bisa mengajar di kampus ini. Ia mendapat jatah mengajar 32 jam per minggu. 12 jam untuk SMK dan 20 jam untuk SMP. “Di sini, ibaratnya, saya berjuang melalui ilmu yang saya miliki. Bekerja sembari beribadah,” ujar guru mapel Bahasa Jawa SMP dan SMK Askhabul Kahfi.

Mengajar bahasa Jawa di era kekinian menjadi tantangan tersendiri bagi guru asal Plalangan Gunungpati ini. Selama sekitar 1 tahun mengajar ia menemui banyak hal dan dinamika saat mengorganisasi kelas. Apalagi muridnya berasal dari pelbagai suku dan etnis dari Jawa hingga luar Jawa. Bahasa Jawa saat ini dianggap lebih sulit daripada bahasa asing. “Mending bahasa Inggris ketimbang bahasa Jawa,” tuturnya menirukan ujaran salah satu siswanya.

Benteng Anak Dari Paparan Negatif

Sementara itu, salah satu wali santri yang berasal dari Pulau Kalimantan, Subardi (52), mengaku senang bisa menyekolahkan anak sembari mondok di Ponpes Askhabul Kahfi. Ia yang beralamat di Desa Bukit Harum H-6 Rt 13 Rw 05 Kec Mentobi Raya, Kab Lamandu, Kalteng ini, sebelumnya, mendapat informasi dari tetangga dan saudaranya.

“Saya ingin agar anak pintar–tidak hanya dalam ilmu pengetahuan umum tetapi juga ilmu agama. Di sini saya menemukannya,” ujar Subardi, ayah dari Amin Abdullah, siswa kelas XII SMK Askhabul Kahfi. Pria yang bekerja di Perkebunan Sawit ini menjenguk anaknya setiap kali ada pertemuan wali santri dan terkadang saat pengajian selapanan Ahad Legi.

Senada, Indah Ratayu, warga Gondoriyo Ngaliyan Kota Semarang, memondokkan anaknya agar anaknya mampu menjadi jembatan kemulian orangtua di dunia dan akherat. Tak bisa dipungkiri, melihat pengaruh pergaulan anak-anak saat ini ia merasa prihatin. “Di sini, saya percaya, anak saya bisa jadi anak baik yang tidak mudah terpapar pengaruh buruk lingkungan,”ujar ibu dari Ana Fatima, siswi kelas X MA Askhabul Kahfi. (Heri CS)