Bagaimana Menumbuhkan Kegiatan Ekonomi di Daerah untuk Mengatasi Kemiskinan dan Ketimpangan?

Ketimpangan Kemiskinan

Semarang, Idola 92.6 FM – Kegiatan ekonomi yang lebih banyak terkonsentrasi di pusat-pusat perekonomian memiliki andil dalam menciptakan ketimpangan antara desa dan kota. Untuk menekan ketimpangan tersebut, menurut sejumlah pengamat, diperlukan pengembangan kawasan terpadu di desa-desa sebagai pusat kegiatan baru yang menopang produksi dan penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan data BPS per 16 Januari 2020, tingkat ketimpangan berdasarkan pengeluaran per September 2019 ditunjukkan melalui rasio gini 0,38. Rasio gini berkisar 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, berarti ketimpangan semakin besar.

Ketimpangan di perkotaan yang ditunjukkan melalui rasio gini 0,391—lebih besar dibandingkan ketimpangan di perdesaan yang rasio gininya 0,315. Sementara itu, angka kemiskinan per September 2019 adalah 9,22 persen. Di perdesaan angka kemiskinan 12,6 persen atau hampir dua kali lipat angka kemiskinan di perkotaan yang besarnya 6,56 persen.

Tingkat Ketimpangan Pengeluaran

Melihat realitas ini, infrastruktur yang telah dibangun oleh Presiden Joko Widodo secara jor-jorran di periode pertamanya, mesti mampu menjadi daya ungkit dalam memangkas jarak ketimpangan yang masih menganga. Infrastruktur sebagai penghubung dua pusat kegiatan harus mampu menumbuhkan perekonomian daerah yang dilintas.

Namun, harus diakui, salah satu persoalan yang mengemuka, pertumbuhan ekonomi hanya terjadi di desa atau daerah perlintasan yang telah memiliki kegiatan ekonomi berupa produksi, perdagangan. Dan manufaktur. Sehingga, untuk menekan ketimpangan, salah satu solusi adalah diperlukan pengembangan kawasan terpadu di desa-desa sebagai pusat kegiatan baru yang menopang produksi dan penyerapan tenaga kerja.

Di sisi lain, dalam upaya meningkatkan perekonomian desa, pemerintah sejak beberapa tahun terakhir sudah menggelontorkan dana desa, yang nilainya, sudah mencapai ratusan triliunan rupiah. Namun pertanyaannya—sudahkah efektif berjalan dan impact-nya sudah sesuai espektasi?

Dana Desa

Lantas, bagaimana menumbuhkan kegiatan ekonomi di daerah untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan? Dana desa yang sudah digelontorkan dan diharapkan bisa menjadi drive perekonomian di desa, masih efektifkah? Bagaimana pula mendorong industri di tengah masih lambannya tingkat perekonomian?

Guna mendiskusikan ini, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni TM Zakir Machmud (Peneliti Senior di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas, Indonesia,) dan Enny Sri Hartati (peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)). (Heri CS)

Berikut diskusinya: