Benarkah Resesi Sudah di Depan Mata, Lalu Bagaimana Peta Jalan Keluarnya?

Resesi Ekonomi Dampak Pandemi
(ilustrasi kompas)

Semarang, Idola 92.6 FM – Bagi Anda yang sering bepergian menumpang pesawat, mungkin sekali dua kali Anda pernah mengalami. Pada saat lintasan yang akan dilalui pesawat sedang menghadapi cuaca buruk, sehingga menimbulkan turbulensi atau guncangan, maka Captain Pilot akan berbicara melalui speaker; Untuk meminta seluruh penumpang agar tetap duduk dan mengencangkan sabuk pengaman dan penumpang yang sedang berada di toilet, diminta untuk segera kembali ke tempat duduknya.

S.O.P yang tampak sederhana itu membuat semua penumpang menjadi “siap” secara mental, dan mematuhi anjuran untuk mengencangkan sabuk pengaman. Lebih penting dari itu, semua penumpang jadi tidak saling berspekulasi, bergunjing, atau menebak-nebak sendiri, apa yang sedang terjadi.

Sedikitnya, hal yang sama juga kita harapkan dilakukan juga oleh negara, kalau perekonomian kita sedang atau sudah memasuki area turbulensi yang bernama resesi ekonomi. Kita berharap, sang pilot atau Commander-in-chief―yang tak lain adalah Presiden atau pejabat yang ditugasi, segera mengumumkan kepada masyarakat. Sebagaimana dalam ilustrasi pesawat tadi, tujuannya agar seluruh masyarakat bersiap dan mematuhi anjuran, serta tidak melakukan hal-hal yang dilarang.

Resesi Ekonomi Dampak Pandemi

Dan lebih penting dari itu, agar tidak muncul berbagai macam spekulasi atau gunjingan, yang berpotensi membuat masyarakat kebingungan dan bisa digoreng dan dimanfaatkan oleh para petualang politik, sebagai “barang dagangan.”

Sebelumnya pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan III-2020 berkisar nol sampai minus 2 persen. Jika triwulan III-2020 tumbuh negative, Indonesia dipastikan mengalami resesi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengemukakan, pergerakan indikator pemulihan ekonomi belum stabil. Indikasi pemulihan ekonomi sempat terlihat pada Juni 2020 berupa realisasi penerimaan pajak. Namun, penerimaan pajak Juli kembali terkontraksi cukup dalam. Realisasi penerimaan pajak per Juli 2020, hanya sebesar Rp601,9 triliun atau tumbuh negatif 14,7 persen.

Sri Mulyani
Sri Mulyani, Menteri Keuangan. (ilustrasi detik)

Sebelumnya, pada Juni, pertumbuhan negatif sempat melandai dibandingkan dengan April dan Mei 2020 lalu. Namun, tren pemulihan tidak bertahan seperti yang diperkiraan semula. Pada Juli, realisasi Pajak Pertambahan Nilai yang menggambarkan aktivitas konsumsi masyarakat kembali turun 12 persen secara tahunan. Atas kondisi ini, Sri Mulyani menyebut, pemulihan ekonomi masih sangat dini, bahkan harus diperkuat.

Lantas, Ketika resesi sudah benar-benar di depan mata—lalu, apa saja yang perlu disiapkan oleh seluruh masyarakat? Akankah tiba saatnya pemerintah meminta segenap rakyat untuk “mengencangkan ikat pinggang” dan berbagai upaya diseminasi lainnya? Lalu, bagaimana peta jalan keluarnya? Seberapa besar pengaruh berbagai dana insentif dan stimulus yang telah digelontorkan pemerintah untuk menghadang datangnya resesi?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Mohammad Faisal (Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia); Eko Listiyanto (Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)); Yustinus Prastowo (Staf Khusus Menteri Keuangan RI); dan Dr. Anis Byarwati (Anggota DPR Komisi XI Fraksi PKS). (Andi Odang/her)

Simak podcast diskusinya: