Jateng Waspadai Potensi Ancaman Megathrust di Pesisir Selatan

Peralatan milik BPBD Jateng
Gubernur Ganjar Pranowo melihat peralatan milik BPBD Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM – BPBD Jawa Tengah sudah mengerahkan seluruh personel dan peralatan pendukung, untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam di sejumlah wilayah. Terutama, di wilayah selatan Jateng yang dikhawatirkan mengalami dampak cukup berat jika terjadi gempa megathrust.

Pelaksana tugas Kalahar BPBD Jateng Syafrudin mengatakan sejak jauh hari, pihaknya sudah menggelar personel dan peralatan dalam rangka mengantisipasi terjadinya bencana alam. Bahkan, personel BPBD di semua kabupaten/kota juga telah diinstruksikan untuk memetakan wilayah rawan bencana di daerahnya.

Syafrudin menjelaskan, BPBD Jateng juga telah menempatkan posko dan dukungan peralatan untuk mengantisipasi jika terjadi bencana pada masa libur panjang.

“Sudah mengaktifkan posko-posko, dan sudah memetakan daerah-daerah rawan. Termasuk, daerah rawan bencana yang di situ ada tempat wisatanya. Teman-teman kabupaten/kota juga sudah membuat rencana kontigensi, baik itu banjir atau longsor yang sewaktu-waktu bisa digerakkan. Jadi, sudah dipetakan sebelumnya,” kata Syafrudin, kemarin.

Sementara, Gubernur Ganjar Pranowo meminta kepada daerah di selatan Jateng untuk mengidentifikasi desa-desa yang berpotensi terdampak gelombang air pasang atau tsunami. Sebab, dari hasil riset yang dikeluarkan Nature Scientific Report pada September 2020 itu mengkhawatirkan jika terjadi gempa megathrust dan berpotensi terjadi tsunami.

Menurut Ganjar, diperlukan adanya simulasi penanganan bencana di samping melakukan pemetaan areal yang terdampak megathrust.
“Tsunami akan terjadi kapan pun, dan manusia mesti siap-siap. Ini ada ilmu dan data science yang diberikan kepada kita. Potensi itu ternyata luar biasa di wilayah selatan, dan bahkan di Indonesia secara keseluruhan. Cerita potensi megathrust yang di selatan itu ternyata kita bisa simulasikan,” ujar Ganjar.

Lebih lanjut Ganjar menjelaskan, sesuai saran dari para ahli Institut Teknologi Bandung (ITB) itu perlu diterapkan konsep green belt. Sehingga, upaya penanaman pohon mangrove atau cemara laut di pesisir pantai selatan bisa terus dilakukan guna mengurangi dampak tsunami. (Bud)