Mendorong agar Pesantren Menjadi Salah Satu Infrastruktur Pendidikan Penting Bagi Bangsa?

Kegiatan santri di pondok pesantren
Kegiatan santri di pondok pesantren. (Ilustrasi)

Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam catatan sejarah kemerdekaan bangsa, santri berperan besar dalam memperjuangkan kemerdekan Republik Indonesia. Sebagaimana diceritakan dalam buku ‘Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia’ tulisan KH Saifuddin Zuhri. KH Hasyim Asy’ari memanggil KH Wahab Hasbulloh, KH Bisri Syansuri dan para kiai lain—untuk mengumpulkan para kiai se-Jawa dan Madura—di Surabaya, tepatnya di kantor PB ANO (Ansor Nahdlatoel Oelama).

Pada 22 Oktober Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari atas nama NU, mendeklarasikan sebuah seruan Jihad Fii Sabilillah. Fatwa jihad inilah yang kemudian digelorakan oleh Bung Tomo melalui radio disertai dengan teriakan ‘Allahu Akbar’. Sehingga, berhasil membangkitkan semangat juang kalangan santri untuk melawan tantara sekutu.

Para kiai dan santri kemudian bergabung dengan pasukan Sabilillah dan Hizbullah yang terbentuk sebagai respon atas Resolusi Jihad. Kelompok inilah yang kemudian berperan penting dalam peristiwa 10 November yang kini selalu kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Begitu besar peran santri-ulama kala itu khususnya dalam revolusi fisik kala itu.

Peran lain yang tak bisa dikesampingkan adalah sumbangsih pesantren bagi dunia pendidikan. Kalau di sekolah umum menggunakan pendekatan pengajaran, atau dalam bahasa Arab nya ta’lim yang lebih ditujukan pada akal. Maka, pesantren lebih mencakup pendidikan atau tarbiyah, di mana pembinaan manusia tidak saja melibatkan perkara fisik dan mental tetapi juga hati dan nafsu. Karena sesungguhnya yang dididik adalah hati dan nafsu.

Dan jangan lupa, pesantren sudah sejak lama mempraktikan community-based learning atau Pembelajaran Berbasis Masyarakat yang belakangan baru diperkenalkan di sekolah-sekolah kita.

Community Based Learning

Tetapi, kini zaman telah berganti berbagai tantangan baru sudah mulai bermunculan. Tuntutan berbeda, situasi berbeda, dan heroisme seperti dulu sudah tak mungkin diulang. Sehingga, berbagai upaya penyesuaian diperlukan dan redefinisi peran pun, sangat diharapkan agar keberadaan santri tetap relevan dengan tuntutan dan tantangan zaman.

Lantas, mengingat begitu pentingnya posisi pesantren, penyesuai peran seperti apa yang perlu dilakukan? Kemudian, bagaimana kesiapan para santri dalam menghadapi tantangan era Revolusi Industri 4.0?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang akan berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Prof Abd A’la (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya; Abdi Pesantren Annuqayah Latee Sumenep); Prof Komaruddin Hidayat (Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia); KH Ahmad Najib Amin Hamam (Pengasuh Pondok Pesantren Pabelan, Magelang); dan Dr. H. M. Mukhsin Jamil, M.Ag (Wakil Rektor UIN Walisongso Semarang). (andi odang/her)

Dengarkan podcast diskusinya:

Artikel sebelumnyaAgus Munawar, Inisiator Gerakan Literasi dari Ciamis
Artikel selanjutnyaBPBD Jateng Siap Antisipasi Kerawanan Bencana di Libur Panjang