Aplikasikan Inovasi Energi Ramah Lingkungan, Pertamina Diganjar Perhargaan Dari Menteri ESDM

Pelaku industri kerupuk di Boyolali
Pelaku industri kerupuk di Boyolali saat masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar produksi.

Semarang, Idola 92,6 FM – Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah mendapatkan penghargaan dari Kementerian ESDM, yakni Dharma Karya Energi kategori muda. Penghargaan itu diberikan, karena Pertamina mengaplikasikan inovasi energi ramah lingkungan untuk industri kerupuk di Kabupaten Boyolali.

Senior Supervisor Communication & Relations Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah Marthia Mulia Asri mengatakan penghargaan yang diberikan itu, karena Pertamina dianggap berjasa dalam pemikiran dan penemuan baru di sektor energi dan sumber daya mineral. Sehingga, memberikan kemajuan yang berarti bagi sektor energi dan mineral. Pernyataan itu dikatakan saat dihubungi lewat sambungan telepon, kemarin.

Marthia menjelaskan, penghargaan itu atas inovasi pembuatan steam krumel broiler gas yang ramah lingkungan dan efisien bagi industri kerupuk Mulyo Asri di Desa Mojolegi Kabupaten Boyolali. Sebelumnya, industri kerupuk itu menggunakan bahan bakar kayu yang menimbulkan polusi asap.

Menurutnya, alat steam broiler telah melalui sejumlah pengujian standarisasi alat dari Universitas Sebelas Maret Solo dan pengujian emisi karbon dari Universitas Islam Indonesia serta uji sertifikasi alat dari Biro Klasifikasi Indonesia.

“Kami memberikan inovasi alat yang bisa mengefisienkan biaya energy cost sebesar 142 persen, bila dibandingkan konversi elpiji langsung tanpa alat inovasi. Jadi, sebenarnya industri kerupuk ini menggunakan kayu bakar. Setelah kami konversikan dengan alat ini, hasilnya biayanya tidak terlalu mahal dan tetap bisa beralih menggunakan elpiji. Bahkan yang nonsubsidi,” kata Marthia.

Lebih lanjut Marthia menjelaskan, dampak lain dari inovasi yang dilakukan itu membuat paguyuban industri kerupuk bertanggung jawab kepada lingkungan sekitar. Yakni, dengan menanam kembali 500 batang pohon di desa sekitar.

“Secara tidak langsung, beralihnya konversi energi ini telah berkontribusi dengan pengurangan karbondioksida dari pembakaran kayu sebesar 245 ribu ton per tahun. Selain itu, mampu menyelamatkan 1.188 pohon jati kecil di Desa Mojolegi,” pungkasnya. (Bud)