Bagaimana Menghadirkan Politik Solidaritas di Tengah Pandemi?

Solidarity

Semarang, Idola 92.6 FM – Kita mafhum, salah satu peran para politisi adalah mendistribusikan keadilan, kemakmuran, dan hadir di tengah-tengah rakyat ketika mereka menghadapi persoalan. Di tengah kerpihatinan perang bersama menghadapi Pandemi Covid-19 yang kian genting, elite politik semestinya turut bahu-membahu, bergotong royog, mengedepankan politik solidaritas, kemanusiaan, dan empati. Apalagi, para politisi—juga mengalami langsung dampak Pandemi yang kini dirasakan jutaan rakyat—yang sejatinya adalah konstituen atau kuasa pemberi mandat sehingga mereka bisa duduk di senayan.

Namun sayangnya, hal itu hanya indah dalam narasi. Justru sebaliknya, sikap sejumlah elite politik dalam sepekan terakhir, dinilai tidak berempati dengan kesulitan yang sedang dihadapi publik akibat Pandemi. Kondisi Pandemi terkesan malah dimanfaatkan sejumlah elite untuk kepentingan elektoral masing-masing.

Diketahui, adu argumen di antara elite politik terjadi beberapa hari terakhir menyikapi peringatan soal Indonesia bisa menjadi negara gagal jika tak mampu mengatasi Pandemi. Hal itu sebelumnya dikemukakan oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI Eddy Baskoro Yudhoyono.

Sebelumnya, muncul pula pernyataan dari Wasekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Rosaline Irine yang meminta keistimewaan bagi pejabat Negara yang sakit dengan menyediakan rumah sakit khusus bagi pejabat.

Lantas, kalau esensi politik adalah keberpihakan, dan kalau DPR sebagai lembaga politik juga merupakan wakil Rakyat. Lalu, di manakah keberpihakan dan perwakilan para politisi kita saat ini, ketika rakyat dikepung Pandemi Covid-19? Seberapa jauh solidaritas yang bisa mereka tunjukkan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, kami nanti akan berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Arya Fernandes (Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS)); Dr. Jimmy Usfunan (Ahli Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana Bali); dan KH Maman Imanulhaq (Politisi PKB/ Anggota DPR RI). (her/yes/ao)

Dengarkan podcast diskusinya: