Kapolda Jateng Persilakan Warga Kritik Polri

Bhayangkara Mural Festival 2021
Seorang peserta Bhayangkara Mural Festival 2021 saat berkreasi di papan kanvas, Sabtu (30/10).

Semarang, Idola 92,6 FM – Kepolisian Jawa Tengah membuka ruang kepada masyarakat yang akan menyampaikan aspirasinya atau kritikan kepada institusi Polri, namun tetap dalam koridor dan kaidah sesuai aturan serta berdasarkan data. Bahkan, pesan kritikan aspirasi bisa disalurkan melalui gambar mural.

Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi mengatakan institusi Polri bukan lembaga antikritik, dan siap menerima masukan dari masyarakat. Pernyataan itu dikatakannya di sela pembukaan lomba Bhayangkara Mural Festival 2021 di lapangan Mapolda, Sabtu (30/12).

Kapolda menjelaskan, di tengah era keterbukaan informasi saat ini dan kebebasan masyarakat menyampaikan pendapat maka semua orang bisa menyampaikan masukan dan kritik. Namun, dirinya tetap mengingatkan saat menyampaikan kritik tetap harus sesuai fakta dan data yang ada.

Menurut kapolda, setiap masukan dan kritikan dari masyarakat akan ditampung dan didengarkan untuk perbaikan di masa mendatang.

“Saya sebagai kapolda, sebagaimana prioritas baoak kapolri program yang ke-13 terkait dengan manajemen media. Saya harapkan Polri tidak anti-kritik, artinya siapa pun masyarakat boleh menyampaikan kritik kepada Polri secara konstruktif. Karena besar kecilnya Polri, ditentukan oleh masyarakat sekitarnya. Makin besar Polri, maka kontribusi masyarakat juga makin besar,” kata kapolda.

Lebih lanjut kapolda menjelaskan, kegiatan lomba mural yang diadakan di tingkat Polda Jateng dan diikuti 35 polres/polrestabes se-Jateng itu sebagai bentuk fasilitasi jajarannya kepada para pekerja seni. Terutama, dalam rangka menyampaikan pesan moral dan kritikan membangun terhadap institusi Polri.

Sementara itu Gubernur Ganjar Pranowo mendukung upaya Polda Jateng, yang membuka diri menerima masukan dan kritikan dari masyarakat. Sebab, kritikan yang berasal dari masyarakat pada intinya adalah bentuk cinta terhadap Polri.

“Jadi kalau ceritanya bagaimana mewadai ruang kritik,, maka mural adalah ekspresi yang menarik. Dan tentu saja, saya sepakat polisi antikritik itu dibuang jauh-jauh. Maka kritiklah dengan konstruktif dan bagus, tapi ya tetep kita punya etika. Kalau kritiknya membangun, pasti akan didengarkan kepolisian,” ucap Ganjar.

Ganjar berharap, kegiatan mural yang diadakan Polda Jateng bisa berkelanjutan dan memberikan ruang pelaku seni berkreasi. Bahkan, lewat gambar mural yang baik juga akan menambah cantik wajah sebuah kota. (Bud)