Semarang, Idola 92.6 FM – Meningkatnya kasus positif Covid-19 dalam beberapa hari terakhir bahkan terus memecahkan rekor harian menunjukkan kita benar-benar memasuki fase genting dalam perang menghadapi Pandemi.

Semakin penuhnya tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit bahkan sebagian sudah menunjukkan fase kolaps, menunjukan adanya pengabaian masyarakat terhadap Pandemi ini. Bahkan, perkembangan situasi terkini, sebagian pasien Covid-19 dilayani di tenda-tenda darurat di lingkungan rumah sakit rujukan karena tak lagi memadainya fasilitas.

Suasana ini tampak kontras jika kita melihat beberapa negara di Eropa yang justru mulai melonggarkan ketentuan prokes Covid-19, salah satunya dengan tidak memakai masker. Kita bisa melihat ini dalam gelaran Piala Eropa 2020 yang tengah berlangsung. Singkat kata, mereka lebih dahulu menikmati buah disiplin prokes ketimbang kita di sini. Meskipun, ancaman corona tetap masih ada.

Memerangi Pandemic
Ilustrasi/Newyorker

Maka, atas situasi genting ini, tentunya kita tak lagi bisa berharap semuanya hanya kita pikulkan di pundak Pemerintah. Seluruh warga mesti bersama bahu-membahu bersama pemerintah mengatasinya.

Keterlibatan tokoh masyarakat termasuk agama juga diperlukan untuk mengajak masyarakat bersama-sama menangani Covid-19. Apalagi, kita juga memahami bersama bahwa masih muncul narasi penyangkalan Covid-19.

Memerangi Pandemi
Ilustrasi/Medcom

Lantas, di tengah situasi Covid-19 yang kian genting dan mengkhawatirkan, bagaimana memerangi Pandemi; siapa saja yang mesti terlibat dan bagaimana mengintegrasikannya? Bagaimana membangun narasi untuk mendorong masyarakat agar mereka memiliki kesadaran bersama bahwa satu-satunya jalan segera keluar dari Pandemi adalah dengan mematuhi protokol kesehatan 5 M?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Sunyoto Usman (Guru Besar Sosiologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta); dr. Dwi Agustian, MPH, Ph.D (Ahli Epidemiologi Universitas Padjadjaran Bandung); dan Imam B. Prasodjo (Tokoh Masyarakat & Sosiolog Universitas Indonesia). (her/yes/ao)

Dengarkan podcast diskusinya: