Menelaah Merger Dua Raksasa Teknologi Gojek dan Tokopedia

GoTo
GoTo, Gojek Tokopedia.

Semarang, Idola 92.6 FM – Hasil merger dua raksasa teknologi Tanah Air, PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) dan PT Tokopedia, resmi diprediksi membentuk entitas superapp baru bernama GoTo dengan valuasi hingga US$40 miliar atau setara dengan Rp572,9 triliun.

Berdasarkan data Statista, penilaian gabungan Gojek dan Tokopedia akan menjadikan GoTo sebagai startup dengan nilai tertinggi ke-12 di dunia. Penggabungan itu juga akan membuka pintu Indonesia dalam jajaran 20 unikorn teratas di dunia, yang sebagian besar terdiri dari perusahaan China dan Amerika Serikat.

Merger kedua startup itu sangat membanggakan karena menjadi satu-satunya startup paling berharga di dunia yang berasal dari Asia Tenggara.

Akan tetapi, di sisi lain, muncul kekhawatiran, merger antara dua raksasa itu akan memunculkan fenomena yang di kalangan venture capital disebut “KILL ZONE,” dimana tech giants (raksasa teknologi) memiliki perangai buruk, yaitu melakukan predatory tactics, dengan dua tujuan: menggurita dan menggelembungkan market cap (kapitalisasi pasar). Predatory tactics itu dilakukan kepada startup-startup yang mau tumbuh, dengan dua cara: pertama, eat dan kedua, kill.

Predatory Tactics
ilustrasi/yuswohady.com

Kekhawatiran itu cukup beralasan, jika kita berkaca pada dua negara raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China. Di Amerika Serikat, kue pasar bagi pelaku startup dikuasai oleh “The Big Four” yakni Google, Amazon, Facebook, dan Apple. Sementara, di China, dikuasai “The Big Five” yakni Alibaba, Tencent, Baidu, ByteDance, dan JD.

Lantas, bagaimana cara mengantisipasi downside dari merger dua raksasa technologi Gojek dan Tokopedia tanpa mengurangi upside-nya? Adakah regulasi yang memagari agar tidak terjadi praktik predatory tactics yang menjadi mimpi buruk bagi tumbuh dan berkembangnya startup-startup di Indonesia?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Nailul Huda (Kepala Center of Innovation and Digital Economy INDEF); Heru Sutadi (Direktur Eksekutif ICT Institute); dan Yuswohady (Pemerhati Start Up). (her/yes/ao)

Dengarkan podcast diskusinya: