Seni Virtual Situs Megalitik Tutari Ditampilkan dalam Pesta Kesenian Bali

Mahasiswa ISBI Tanah Papua bersiap menari di Situs Megalitik Tutari. (Photo dok Hari)

Bali, Idola 92.6 FM – Seni Virtual bertema Situs Megalitik Tutari ditampilkan dalam Pesta Kesenian Bali yang berlangsung 12 Juni-10 Juli 2021 di Taman Budaya Bali dan ISI Denpasar. Seni Virtual ini berjudul Aku Papua: dari Bali untuk Indonesia.

Selain pemutaran film melalui kanal Youtube Dinas Kebudayaan Provinsi Bali juga dilakukan diskusi tatap muka bertema Situs Megalitik Tutari dengan narasumber: Prof Dr I Wayan Rai S selaku guru besar ISI Denpasar yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Rektor ISBI Tanah Papua; Prof Dr I Gede Arya Sugiartha (kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali) dan Drs. Gusti Made Sudarmika, kepala Balai Arkeologi Papua.

Diketahui, Situs Megalitik Tutari berada di Bukit Tutari, tepi Danau Sentani, Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua.

Mahasiswa ISBI Tanah Papua
Mahasiswa ISBI Tanah Papua bersiap menari di Situs Megalitik Tutari. (Photo dok Hari)

Menurut Hari Suroto, Arkeolog dari Balai Arkeologi Papua, permukaan Bukit Tutari terdapat bongkahan batu berlukis berjumlah 83 buah. Rinciannya, 80 buah bongkahan batu hanya mempunyai satu sisi bidang lukis, serta sebuah bongkahan batu mempunyai dua sisi bidang lukis. “Dan dua buah bongkahan batu mempunyai dua bidang lukis,” kata Hari kepada radio Idola Semarang, Senin (21/06).

Hari menjelaskan, jumlah lukisan yang ada sebanyak 138 buah. Sebanyak 135 buah lukisan masih dapat diklasifikasikan bentuk lukisannya, sedangkan sisanya sudah sangat aus dan tidak jelas. Lukisan-lukisan tersebut yaitu bentuk manusia sebanyak 17 buah, biawak 17 buah, kura-kura 14 buah, satu ular dan satu burung, geometris sebanyak 15 buah, flora sebanyak 3 buah dan kapak batu sebanyak tiga buah.

Mahasiswa ISBI Tanah Papua
Mahasiswa ISBI Tanah Papua bersiap menari di Situs Megalitik Tutari. (Photo dok Hari)

Menurut Hari, motif Megalitik Tutari harus dilestarikan. Salah satu caranya yaitu dengan menghidupkannya kembali pada seni masa kini termasuk pada seni kontemporer. “Ini adalah bagian dari kontribusi penelitian arkeologi pada ruang lingkup SDGs atau Sustainable Development Goals disebut juga Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” ujar Hari.

Salah satu pelestarian Motif Megalitik Tutari, menurut Hari, melalui Seni virtual. Situs Megalitik Tutari dikemas dengan konsep koreografi lingkungan. “Seni Virtual bertema Situs Megalitik Tutari merupakan kolaborasi antara Komunitas Tifa Kamp Wolker Waena Jayapura dengan ISBI Tanah Papua dan Balai Arkeologi Papua,” jelasnya.

Dalam koreografi lingkungan ini, lanjut Hari, mahasiswa ISBI Tanah Papua bergerak pada lingkungan di sekitar Situs Megalitik Tutari untuk berkarya, menari, melukis dan sebagainya. “Mahasiswa dapat merespon objek itu,” tandasnya. (har/ yes/ her)