Cabai Merah Penyebab Inflasi di Jateng

Semarang, Idola 92,6 FM – BPS Jawa Tengah mencatat, provinsi ini pada Juli 2022 kemarin mengalami inflasi sebesar 0,51 persen. Penyebab utama terjadinya inflasi di Jateng pada Juli 2022 kemarin, karena kenaikan harga cabai merah.

Kepala BPS Jateng Adhi Wiriana mengatakan penyebab utama terjadinya inflasi selain cabai merah adalah kenaikan harga bawang merah, rokok kretek filter, daging ayam ras dan angkutan udara. Pernyataan itu dikatakan melalui siaran pers di kanal YouTube BPS Jateng, Senin (1/8).

Adhi menjelaskan, dari enam kota yang dilakukan survei harga konsumen semuanya mengalami inflasi dan tertinggi adalah Kota Tegal dengan Kota Semarang masing-masing sebesar 0,59 persen. Sementara Kota Surakarta dan Kabupaten Cilacap, mengalami inflasi terendah sebesar 0,35 persen.

Menurutnya, meskipun ada komoditas yang menyumbang terjadinya inflasi di Jateng tetapi ada komoditas lain menjadi penahan laju inflasi. Yakni minyak goreng, bawang putih dan emas perhiasan serta beras mengalami penurunan harga.

“Pada bulan Juli ada beberapa efek yang berpengaruh terhadap inflasi di Jawa Tengah, salah satunya adalah perang Rusia vs Ukraina masih memberi pengaruh terhadap kenaikan komoditas global. Selain itu, cuaca juga menandakan karena beberapa daerah masih terjadi hujan dan ternyata belum musim panen mengakibatkan inflasi masih terjadi. Komoditas cabai merah dan komoditas lainnya masih menyumbang inflasi di Jawa Tengah,” kata Adhi.

Lebih lanjut Adhi menjelaskan, akibat inflasi di Jateng pada Juli sebesar 0,51 persen itu membuat tingkat inflasi tahun kalender Juli 2022 sebesar 4,28 persen. Sementara tingkat inflasi tahun ke tahun (Juli 2022 terhadap Juli 2021 sebesar 5,45 persen.

“Kita sudah melebihi dari target pemerintah untuk menjadikan inflasi tiga persen plus minus satu persen,” pungkasnya.

Ekspor Jateng Naik 41,02 Persen

Nilai ekspor Jawa Tengah pada Juni 2022 mengalami kenaikan 41,02 persen, atau mencapai US$1.100,99 juta dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan nilai ekspor terjadi, karena ekspor barang migas mengalami kenaikan 13,38 persen dan nonmigas naik 43,76 persen.