Bagaimana Mendorong Para Capres-Cawapres agar Concern pada Isu Krisis Iklim dan Lingkungan ke Dalam Program Kerjanya?

Krisis Iklim
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Polusi udara saat ini menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat dunia. Kajian dalam jurnal ilmiah daring, The Lancet, 17 Mei 2022, menyebutkan, polusi udara menjadi faktor penyebab terbesar munculnya penyakit dan pemicu kematian. Pada 2019, polusi menyebabkan sembilan juta kematian– di mana 6,7 juta kematian di antaranya akibat polusi udara.

Dirilis dari kompas.id (13/11), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada akhir 2022 merilis, polusi udara luar ruangan, baik di kota-kota besar maupun di wilayah perdesaan diperkirakan menyebabkan kematian dini 4,2 juta jiwa per tahun. Kombinasi antara paparan “polusi udara ambien” dan “polusi udara dalam ruangan” menjadi penyebab 6,7 juta kematian per tahun.

Singkat cerita, polusi udara kini menjadi salah satu persoalan global—sebagai bagian dari krisis lingkungan dan perubahan iklim. Melihat fenomena itu, maka cukup beralasan saat kaum muda mempertanyakan komitmen iklim pada Capres-Cawapres di Pilpres 2024.

Di tengah hiruk-pikuk isu politik dinasti di pemilihan presiden di Indonesia, komunitas anak muda menggelar aksi Power Up di 20 kota di Indonesia. Aksi Power Up merupakan aksi global yang mendesak para pengambil kebijakan untuk menghentikan ketergantungan terhadap energi fosil, penyebab krisis iklim.

Lalu, bagaimana mendorong para kandidat capres-cawapres agar concern pada isu perubahan iklim dan isu lingkungan ke dalam program kerjanya?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Prof Herry Purnomo (Direktur CIFOR-ICRAF Indonesia/ Guru Besar IPB University) dan Ahmad Baihaqi (Anak muda aktivis lingkungan/Kader Konservasi Alam Jakarta dan Belantara Foundation). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: