Hasto Wardoyo: Mengatasi Stunting Perlu Komitmen Bersama Mulai Dari Keluarga

Semarang Trending Topik with BKKBN
Diskusi Semarang Trending Topik dengan tema “Perkuat Kolaborasi Atasi Stunting” yang diselenggarakan radio Idola Semarang bekerja sama dengan BKKBN, Senin (13/02) di Hotel Santika Premier Semarang. (Photo/radioidola.com)

Semarang, Idola 92.6 FM – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, menyebutkan, untuk mengatasi persoalan stunting semua warga perlu bergerak bersama. Juga didukung komitmen bersama, tidak hanya pemerintah termasuk kepala daerah tetapi juga keluarga.

Hal itu dikatakan Hasto Wardoyo dalam diskusi Semarang Trending Topik dengan tema “Perkuat Kolaborasi Atasi Stunting” yang diselenggarakan radio Idola Semarang bekerja sama dengan BKKBN, Senin (13/02) di Hotel Santika Premier Semarang. Selain Hasto, diskusi menghadirkan Wali Kota Semarang Hevearita G. Rahayu.

Ada dua faktor pemicu stunting. Yakni, melalui faktor sensitif dan spesifik. Faktor sensitif, yakni lingkungan rumah yang kumuh, sanitasi yang buruk dan ketiadaan air bersih, serta rumah yang tidak memiliki jamban. Ia mencontohkan Kota Semarang. Meski masuk kategori Kotamadya, ini bukan persoalan mudah. Apalagi, di Kota Semarang lingkungannya terdapat pesisir laut, perkotaan, hingga perdesaan—di mana pada kawasan-kawasan tersebut, pasti ada kawasan kumuhnya.

“Faktor sensitif ini penting diatasi. Sebab, bisa memicu cacingan, diare, gara-gara lingkungan yang tidak sehat sehingga mengganggu tumbuh kembang anak. Harapannya, ada air bersih, sanitasi memadai, dan rumah layak huni,” ujarnya.

Kemudian, lanjut Hasto, faktor kedua yakni faktor spesifik. Ini dilakukan melalui penyembuhan anak sakit, pemberian asupan protein pada anak. Termasuk, makanan bergizi pendamping ASI. “Telur dan ikan. Jangan biskuit,” tuturnya.

Menurut Hasto, faktor sensitif dan spesifik menjadi sangat berpengaruh dalam pencegahan stunting. Faktor sensitif meliputi pola hidup bersih dan sehat. Sementara untuk faktor spesifik meliputi gizi seimbang dan vitamin pada anak. “Di BKKBN, dua-duanya, jalan. Tugas BKKBN membentuk tim dan provokasi supaya masyarakat bergerak mengatasi stunting,” katanya.

Diakuinya, target menurunkan stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024 tak mudah. Diketahui, Presiden Joko Widodo menargetkan tahun 2024, angka stunting Indonesia menurun menjadi 14%, sementara angka stunting nasional saat ini 24,4%.