Semarang, Idola 92.6 FM – Akademisi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Dr Sukarjo Waluyo menyebut, salah satu inspirasi dari Raden Ajeng Kartini (RA Kartini) yang tak lekang oleh zaman adalah spirit berliterasi. Hal itu ditandai dengan kesadaran Kartini di masa lalu untuk terus mencari informasi dan pengetahuan dengan siapapun.

Bahkan, ia melakoni tradisi surat-menyurat terhadap teman-temannya di Belanda, termasuk Stella Zeehandelaar dan Rosa Abendanon. Surat-surat tersebut berisi pemikiran-pemikirannya tentang pendidikan wanita, kesetaraan, dan menentang ketidakadilan sosial.

Mengapa membaca bagi RA Kartini penting? Menurut Ketua Departemen Susastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ini, dengan membaca buku akan peroleh pengetahuan. Dan, akan mempunyai kesadaran. Seseorang memiliki impian.

“Kartini kalau bisa dibaca, boleh badan terbelenggu, tapi jiwa tak bisa dikungkung oleh keadaan atau oleh situasi yang tak mendukung,” ujar Sukarjo saat diwawancara radio Idola Semarang, Senin (21/04).

Untuk itu, lanjut Sukarjo, kaum Kartini saat ini mesti bersemangat dan terus manfaatkan kesempatan untuk membaca dan berinteraksi dengan siapa pun. “Kalau bisa, dapat berkontribusi pada masyarakat,” ujarnya.

Menurut Sukarjo, perjuangan Kartini di era kini, mulai menuai hasil. Sudah ada kesetaraan antara kaum pria dan wanita yang dulu tak didapatkan di era Kartini remaja. Sukarjo mencontohkan, saat ini, banyak wanita menempati posisi penting.

“Ada yang jadi kepala daerah, legislator, dan sebagainya. Mereka membanggakan prestasi kaum Kartini,” tutur penulis buku Arya Penangsang ini.

Sukarjo menambahkan, kalau masih hidup dan menyaksikan di era kini, RA Kartini akan tersenyum dan bahagia. Karena sekarang sudah berbeda dengan zamannya. “Kartini seolah membuka jalan bagi kaum wanita Indonesia. Sekarang, emansipasi wanita mendapat ruang yang luar biasa. Dulu, ibaratnya, mimpi Kartini kandas di tengah jalan. Kini, kaum wanita bisa memanfaatkan peluang sebaik-baiknya,” tandasnya. (her)