Semarang, Idola 92.6 FM – Kementerian Pertanian mengungkap adanya 212 merek beras yang diduga dioplos dan tidak sesuai standar. Modus pengoplosan ini tidak hanya merugikan konsumen dari sisi kualitas, tetapi juga berdampak besar secara ekonomi dengan potensi kerugian negara.
Hal itu dikatakan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat diwawancara radio Idola Semarang, melalui telepon, Senin (14/07) sore. Menurut Amran, temuan ini merupakan hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan bersama Satgas Pangan Polri dan tim Kementerian Pertanian. Modus yang digunakan tidak hanya merugikan konsumen secara kualitas, tetapi juga menyebabkan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai Rp99 triliun per tahun.
Menurut Amran, berbagai merek tersebut tidak memenuhi standar berat kemasan, komposisi, dan labelisasi yang seharusnya. Beberapa merek tercatat menawarkan kemasan 5 kilogram padahal isinya hanya 4,5 kg.
Dijelaskan Amran, beras oplosan adalah campuran beras dari beberapa jenis atau kualitas berbeda yang kemudian dijual dengan label beras premium atau medium, namun tidak sesuai dengan isi sebenarnya. Praktik ini sangat merugikan konsumen karena: beras dijual lebih mahal dari kualitas aslinya, berat bersih dalam kemasan seringkali kurang dari yang tertera, dan label produk menyesatkan dan tidak sesuai standar.
Atas temuan ini, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta Satgas Pangan untuk terus mengejar dan menindak para produsen pelaku pengoplosan beras. Tidak hanya distributor tetapi juga produsen.
“Sebab, adanya pengoplosan beras ini tak hanya merugikan negara tetapi juga konsumen atau Rakyat. Sebab, tidak hanya harga oplosan tersebut di atas harga eceran tertinggi (HET) tetapi juga palsu,” ujar Amran.
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman dengan pewawancara, Dony Asyhar. (yes/her)