Semarang, Idola 92.6 FM – Ribuan Santri baik putra maupun putri Pondok Pesantren Askhabul Kahfi turut memeriahkan Takbir Keliling 1001 Obor dan Gebyar Kembang Api, Kamis (5/06) lalu. Acara dalam menyongsong Hari Raya Idul Adha 1446 H ini sebagai bentuk rasa syukur sekaligus syiar Islam agama pada masyarakat sekaligus melestarikan tradisi pada anak muda.
Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB ini dimulai dengan start di Kampus 3 PP Askhabul Kahfi kemudian menyusuri jalan jalan raya Gunungpati-Cangkiran-Beranda Bali putar balik kemudian menuju finis di kampus 4.
Tak hanya para santri, turut dalam rombongan, puluhan ustaz serta pengurus. Sepanjang perjalanan yang berjarak sekira 2,5 kilometer itu, mereka sembari membawa obor/ oncor juga menggemakan takbir.
Agar tidak mengganggu sesama pengguna jalan serta menjaga ketertiban, pihak panitia juga melibatkan aparat kepolisian dari Polsek setempat. Tak lupa, satu unit ambulance milik yayasan juga turut mengiringi arak-arakkan. bersama-sama gemakan takbir keliling dengan membawa 1001 obor mengelilingi lingkungan sekitar.
Salah satu pengurus PP Askhabul Kahfi, Muhammad Rikza Saputro, mengatakan, Allah menjadikan 12 bulan dalam 1 tahun dan 4 di antaranya merupakan bulan yang dimuliakan. Satu di antara yang 4 tersebut yakni bulan Dzulhijjah. Dalam bulan ini banyak kebaikan atau ibadah yang bisa diajarkan kepada santri antara lain puasa tarwiyah dan arofah pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah.
“Nah pada malam 10 nya kita agungkan takbir, tahmid dan tahlil bersama-sama,” tutur Gus Rikza, panggilan akrab Muhammad Rikza Saputro.
Menurut Guz Rikza, peringatan gema takbir serentak (mursal) di pondoknya sudah menjadi tradisi. Para santri dilibatkan langsung dalam pawai takbir keliling selain guna mengagungkan takbir sekaligus sebagai bentuk syiar kepada masyarakat.
“Kami ingin menyampaikan pesan bahwa Islam merupakan agama yang santun, damai, dan sejuk,” tuturnya.
Dikatakan Gus Rikza, dalam syariah, ada ada dua tata cara bertakbir yakni mursal dan muqayyad. Takbir mursal merupakan takbir yang waktunya tidak mengacu pada waktu sholat atau tidak harus dibaca oleh seseorang setiap usai menjalankan ibadah sholat, baik fardu maupun sunnah.
“Takbir mursal ini sunnah dilakukan setiap waktu, di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Baik lelaki maupun perempuan, sama-sama dianjurkan melantunkan takbir. Saat di rumah, bepergian, di jalan, masjid, pasar, dan seterusnya. Waktunya dimulai dari terbenamnya matahari malam ‘id, hingga imam melakukan takbiratul ihram shalat ‘id,” ujarnya.
Sementara, lanjut Gus Rikza, takbir muqayyad, merupakan takbir yang pelaksanaannya memiliki waktu khusus, yaitu mengiringi sholat, dibaca setelah melaksanakan sholat, baik fardhu maupun sunnah. Waktunya setelah shalat shubuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah), hingga Ashar pada akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah).
Sementara itu, Devandra Hilmi Fawazy (13) salah satu santri mengaku senang dan mengaku bersyukur bisa mengikuti kegiatan ini. Sebelumnya dia belum pernah mengikuti pawai obor yang melibatkan ribuan peserta. Bisa berada di antara ribuan santri lain dan berjalan menyusuri jalan sembari takbir menjadi pengalaman tak terkira. “Rasanya senang. Meski jalan kaki agak jauh, tak terasa capeknya,” ujar siswa MTs Askhabul Kahfi asal Campurejo Boja ini.
Di lokasi finis, sambil terus bertakbir, puncak acara diisi dengan menyalakan puluhan kembang api yang disambut suka cita para santri. Bisa diiabaratkan, gema takbir diiringi dengan cahaya kembang api yang melangitkan kebesaran Allah SWT. Kembang api yang menuju langit itu seolah sebentuk doa yang dipanjatkan para santri, ustaz, pengurus pada sang pencipta. (her)