
Semarang, Idola 92.6 FM-Sosok pengusaha satu ini memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk membuka usaha. Hal itu ia lakukan usai mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dari sebuah pabrik sandal dan sepatu kulit pada tahun 1997. Ia juga melibatkan perajin sekitar hingga membentuk klaster yang kini beranggotakan 25 orang.
Sosok inspiratif itu adalah Slamet, 51 tahun, pendiri Renita Eceng Gondok, Desa Demakan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
Selama bertahun-tahun, ia berinisiatif untuk mencoba mengolah eceng gondok dan menjadikannya produk kerajinan. Dengan bekal ilmu yang didapat waktu bekerja di pabrik, Slamet mengalihkan bahan kulit ke eceng gondok untuk membuat sandal dan sepatu.
โMerintis dari sekitar 97-98 saat krismon. Untuk bisa memanfaatkan eceng gondok, tidak hanya jualan eceng gondoknya saja, tapi jadi produk jadi,โtutur Slamet mengawali cerita usahanya kepada radio Idola, pagi (27/05) tadi.
Ia menyadari, menjual produk jadi memang memakan waktu lebih lama. Keuletan itu membuahkan hasil. Bahkan sejak tahun 2010 hingga kini, sebuah hotel di provinsi Bali masih memesan produk kerajinan dari Retina Eceng Gondok.
Setahun sebelumnya, Slamet dinobatkan sebagai juara umum dalam lomba produk kerajinan tangan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten Semarang di Gedongsongo. Dengan modal hadiah uang tunai yang diterima waktu itu, usaha kerajinan eceng gondok terus eksis hingga sekarang.
Lalu apa keinginan Slamet saat ini? Siapa saja pihak yang telah digandengnya?
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Slamet, perajin/pendiri Renita Eceng Gondok, Desa Demakan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Jawa Tengah.ย (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: