Empat menteri dan satu menteri ad interim dilantik di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (8/9). (Photo/Istimewa)

Semarang, Idola 92.6 FM-Presiden RI Prabowo Subianto melakukan reshuffle atau perombakan Kabinet Merah Putih, Senin (08/09). Total ada lima menteri yang diganti, namun baru tiga pengganti yang dilantik.

Mereka yang dilepas dari jabatan menteri itu adalah Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan Budi Gunawan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perlindungan Pekerja Migran Abdul Kadir Karding, Menteri Koperasi Budi Arie, serta Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo.

Pengganti Sri Mulyani adalah Purbaya Yudhi Sadewa yang sebelumnya menjabat Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Pengganti Abdul Kadir Karding adalah politikus Golkar Mukhtarudin dan pengganti Budi Arie adalah Ferry Juliantono yang sebelumnya Wamenkop. Sementara itu, pengganti Budi Gunawan dan pengganti Dito belum dilantik pada hari yang sama.

Sejumlah pihak menyoroti pergantian Menteri Keuangan. Dilansir Kompas (09/09), mereka menilai, pergantian menteri Keuangan menjadi pertaruhan bagi Pemerintahan Presiden Prabowo dan perekonomian nasional. Rezim fiskal baru yang disiplin menjaga tata kelola keuangan akan menjadi titik tolak yang cerah sekaligus efektif memacu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, tata kelola keuangan yang berisiko tinggi akan menjadi mendung gelap bagi perekonomian nasional dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Selamat atas dilantiknya Hadi Santoso, Ketua DPW PKS Jawa Tengah.

Lalu, membaca Reshuffle Jilid Kedua Kabinet Merah Putih; apa sesungguhnya alasan Presiden di balik reshuffle kabinet? Di tengah “perombakan” menteri, bagaimana mengakselerasi kinerja Kabinet di tengah situasi yang masih dipenuhi ketidakpastian?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro dan Wakil Dekan FEB Universitas Indonesia, Kiki Verico, PhD. (her/yes/dav)

Simak podcast diskusinya: