Sudahkan Riset Menjadi Fondasi Semua Sektor Untuk Kemajuan Bangsa?

Semarang, Idola 92.6 FM – Jelang tahun berganti, sejumlah peristiwa masih mengejutkan kita. Gempa Pidie Jaya Aceh menjadi salah satunya. Meski skalanya berbeda, kejadian itu mengingatkan publik pada gempa Aceh tahun 2004. Duka dan simpati pun mengemuka.

Dari sisi keilmuan, gempa itu memang belum terendus, belum masuk peta bahaya gempa bumi nasional versi Standar Nasional Indonesia (SNI) 2010. Draf peta SNI baru yang siap dirilis Desember ini pun belum memasukkan daerah Pidie itu. Bahkan pakar geologi terkejut dengan kemunculan gempa berkekuatan Magnitude 6,5 berpusat di darat itu. Ini juga menyadarkan kita betapa terbatasnya riset kita.

Menilik dunia riset, secara nasional tahun 2016 bisa dikatakan masih tentang episode pilu. Anggaran seluruh lembaga riset pemerintah tahun 2016 harus dipotong hingga ratusan miliar rupiah karena negara tak punya uang. Bagi sejumlah lembaga, itu berarti menunda rencana strategis. Salah satunya, adalah rencana membangun satelit dan pengadaan peta resolusi tinggi untuk berbagai keperluan.

Lantas, menyadari keterbatasan riset kita, apa yang ke depan mesti segera dibenahi pemerintah? Apa sebenarnya yang membuat riset masih belum mendapat porsi yang lebih dalam politik anggaran pemerintah? Apakah ini memang berarti riset belum menjadi fondasi semua sektor untuk penopang kemajuan bangsa?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola 92.6 FM berdiskusi bersama beberapa narasumber, yakni: Prof Ambaryanto (Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang) dan Mensristek dan Dikti Prof M Nasir. (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: