IdolaFM, Semarang – Pemerintah Kota Semarang membangun underpass Jatingaleh untuk mengurai kemacetan di Kawasan Jatingaleh. Namun, pengamat transportasi meragukan efektivitas upaya ini.
Pengamat Transportasi Universitas Negeri Semarang Alfa Narendra menilai, pembangunan underpass Jatingaleh bisa mengatasi kemacetan yang terjadi saat ini. “Namun, hanya dalam waktu singkat,” kata Alfa kepada Idola FM akhir pekan lalu. Proyek pembangunan Underpass Jatingaleh sendiri saat ini sudah dimulai dan ditargetkan selesai pada akhir tahun 2016 mendatang.
Sementara itu, pakar Transportasi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno menyatakan, pembangunan underpass Jatingaleh, tidak menjamin mampu mengatasi kemacetan. Nantinya, underpass Jatingaleh akan sama nasibnya dengan jembatan layang (fly over) Kalibanteng. “Hanya memindah kemacetan di daerah tersebut, bukan mengatasi kemacetan,” ujarnya.
Menurutnya, penambahan kapasitas jalan, seperti dengan pembangunan underpass maupun fly over sebenarnya justru memacu penggunaan kendaraan pribadi dan tidak efektif mengatasi kemacetan. Ia menjelaskan, solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi kemacetan adalah pembenahan sistem transportasi massal, seperti penyediaan angkutan umum yang menjangkau ke daerah-daerah permukiman.
Menurutnya, perlu perubahan sistem dan tata kelola yang baik untuk mengatasi permasalahan kemacetan dan transportasi yang begitu kompleks. Selama ini Pemkot Semarang dinilai kurang serius dan terintegrasi dalam mengatasi permasalahan transportasi.
Sementara, menurut Kepala Satker Metropolitan, Danang Tri Wibowo, menjelaskan, proses pengerjaan pembangunan underpass Jatingaleh akan memakan waktu hingga Oktober 2016 mendatang. Saat ini, yang paling mendesak adalah pelebaran jembatan tol Jatingaleh. Selanjutnya Jalan Teuku Umar akan dilebarkan dari 20 meter menjadi 30 meter. (Arif Nugroho / Ghufri / Heri CS)