Cerita Bupati Nurdin Mengenalkan Kabupaten Bantaeng Di Radio Idola

Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah. (Photo: Radio Idola)

Semarang, Idola 92.6 FM – Kabupaten Bantaeng merupakan sebuah daerah tertua di Provinsi Sulawesi Selatan Selatan. “Bantaeng itu dulunya kabupaten besar yang sekarang terpecah menjadi 4 kabupaten yaitu Sinjai, Selayar dan Bulukumba dan Bantaeng sendiri,” jawab Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah dalam talk show Warung Gaul Radio Idola Semarang bersama budayawan Mas Prie GS dan Wak Zulham, Selasa (31/5).

Dalam kunjungan ke-dua kalinya di Radio Idola Semarang, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah menceritakan bagaimana Kabupaten Bantaeng pada 2008 dengan anggaran daerah tidak lebih dari Rp282 miliar namun harus mengatasi persoalan wilayah yang dihadapi seperti banjir, kekeringan infrastruktur yang buruk, serta angka kematian ibu melahirkan yang cukup tinggi.

“Padahal Bantaeng itu daerah tertua di Sulawesi Selatan namun saat itu persoalannya belum selesai. Sehingga sekarang kita punya brigade siaga bencana, ada ambulans yang langsung datang ketika ada telepon, ada juga pemadam kebakaran,“ terusnya.

Bantaeng, kata dia, juga sebuah wilayah yang jumlah penduduknya tidak sampai 190 ribu orang. Wilayah Bantaeng memiliki 3 cluster mulai dari pinggir pantai sampai pegunungan. Artinnya, tegas dia, Kabupaten Bantaeng tidak layak untuk miskin.

Dia mengakui sebagian wilayahnya yang merupakan pegunungan memang memiliki infrastruktur yang buruk, sehingga pernah masuk dalam 199 daerah tertinggal di Indonesia karena persoalaan lingkungan dan infrastruktur yang buruk. Namun dengan perbaikan infrastruktur yang terus diusahakan perbaikan program kemanusiaan pelahan menuju keberhasilan.

Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah dalam talk show Warung Gaul Radio Idola Semarang bersama budayawan Mas Prie GS dan Wak Zulham. (Photo: Radio Idola)
Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah dalam talk show Warung Gaul Radio Idola Semarang bersama budayawan Mas Prie GS dan Wak Zulham. (Photo: Radio Idola)

Misalnya, jelas Nurdin, ketika orang sakit bisa menelepon 113 kemudian ambulan bersama dokter akan cepat datang dengan standar waktu maksimal 20 menit sehingga permasalahan cepat ditangani. Sehingga, lanjut dia, persoalan angka kematian ibu melahirkan yang tinggi dapat ditekan karena persoalan selama ini banyak sekali orang yang melahirkan tidak dapat ditangani secara cepat.

“Ambulans itu murni hibah dari Jepang, standar operasionalnya UGD. Sehingga ketika pasien dijemput bisa langsung dirawat di dalam mobil sebelum sampai rumah sakit. Pemberian treatmen di dalam ambulans setara dengan perawatan di Rumah Sakit,” paparnya.

Sementara dokter-dokter yang bertugas bukan dari sembarang orang. Menurut Nurdin ada seleksi riwayat pendidikan dan lain-lainnya yang distandarkan.

“Orang-orang ini fighter, dokter ini tidak cari status karena mereka sudah bekerja dengan hati,” ungkapnya.

Nurdin menjelaskan terkait persoalan dokter, dulu di wilayahnya pada 2008 kekurangan dokter. Dia melihat ada persoalan (egosektor) dilingkungan pemangku kebijakan seperti di SKPD sampai kebawah yang membuat dokter tidak tertarik bekerja di Bantaeng. Sehingga beberapa hal sudah perlu pembenahan.

”Pertama Jangan sampai mereka bertanya tentang hak yang harus mereka dapatkan. Kedua, jangan sampai mereka bertanya mereka akan tinggal dimana. Ketiga, persoalan komunikatif dari pemda dan dokter dibenahi. Alhamdulillah sekarang kita tidak kekurangan dokter,” tuturnya. (Diaz Abidin/Heri CS)

Artikel sebelumnyaAdhyaksa Dault: Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Terhadap Anak Muda Harus Mengikuti Cara Mereka
Artikel selanjutnyaIZI Mudahkan Masyarakat Salurkan Zakat