Forum Doktor Unika: Quo Vadis Perguruan Tinggi, Antara Melayani Pasar Kerja Atau Mencetak Intelektual

Semarang, Idola 92.6 FM – Perguruan tinggi saat ini tengah berada dalam arus pusaran kuat dalam tuntutan sekadar melayani pasar kerja. Padahal, peran perguruan tinggi lebih dari itu, sebagai rumah ilmu pengetahuan yang berarti memiliki peran lebih ketimbang hanya melayani pasar.

Demikian dikemukakan Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Prof Dr Budi Widianarko dalam Forum Doktor Unika Soegijapranata, yang digelar Unika bekerjasama dengan C Radio 9.34 FM dan Radio Idola 92.6 FM, Kamis (27/10) petang di selasar Gedung Mikael Unika. Dalam forum yang bertema “Bicara Akademika: Pengelolaan Pendidikan Tinggi di Tengah Arus Perubahan” ini, juga menghadirkan pakar lingkungan hidup yang juga Rektor Universitas Diponegoro periode 2011-2014, Prof Sudharto P. Hadi.

Menurut Prof Budi, saat ini karena menuruti pasar kerja, perguruan tinggi seolah berlomba-lomba menawarkan kemampuan soft skill. “Kalau hanya mengedepankan soft skill demi memenuhi kebutuhan industri, lantas bagaimana peran perguruan tinggi? Hard skill itu juga penting, ini tugas perguruan tinggi,” ujar Prof Budi.

Forum Doktor yang dipandu penyiar Nadia Ardiwinata ini berlangsung dengan gayeng namun tetap berisi. Selain para doktor dari Unika, akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Kota Semarang juga hadir dan antusias memberikan pandangan dan wawasannya. Beberapa akademisi yang hadir itu antara lain, Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Pandanaran (Unpand), Universitas Ngudi Waluyo, STIKES Karya Husada, STIKES Tlogorejo, STEKOM Semarang, AKPELNI Semarang, Akademi Farmasi, dan STIMART AMNI. Forum ini merupakan kegiatan rutin yang digelar dan diharapkan menjadi ruang dialog di kalangan akademisi terutama mengenai isu pengelolaan pendidikan tinggi.

forum-doktor-unika-1

Prof Budi menambahkan, antara soft skill dan hard skill bagi lulusan perguruan tinggi memang penting. Namun, semakin ke sini, aspek hard skill semakin tereduksi. Dia mengkritik, paradigma pasar industry yang menuntut lulusan perguruan tinggi harus siap kerja. “Kalau ditanya, lulusan perguruan tinggi harus siap pakai, itu keliru. Karena perguruan tinggi tidak bertujuan untuk itu. Yang lebih, tepat, kita menyiapkan lulusan pemikir yang siap beradaptasi dengan lingkungan baru. Selain itu, dunia kampus juga memikirkan aspek kemanfaatan bagi masyarakat,” kata dia.

Universitas sebagai Pusat Pemikiran

Menurut Prof Budi, mendorong mahasiswa untuk memiliki soft skill yang unggul memang bagus. Namun, jangan lupa esensi bahwa perguruan tinggi itu sebagai rumah belajar, sebagai tempat menyiapkan generasi intelektual. “Artinya, capaian yang mestinya dikejar adalah bagaimana menghasilkan sifat-sifat kecendekiawanan. Ada spektrum lain yang lebih penting di perguruan tinggi selain hanya menyiapkan kebutuhan industri,” ujarnya.

Sementara, Prof Sudharto P Hadi, menyampaikan, suka tidak suka perguruan tinggi kita saat ini sudah menjadi sasaran pemenuhan kebutuhan pasar kerja. Semua kampus berlomba menyiapkan lulusan menjadi tenaga siap kerja. “Harusnya tidak begitu karena perguruan tinggi itu center of though, pusat pemikiran. Tidak sepenuhnya hanya memenuhi hard skill ataupun soft skill semata,”ujarnya.

Prof Dharto juga menyoroti, banyaknya koruptor yang juga sebagian besar merupakan lulusan perguruan tinggi. Meskipun universitas tak ajarkan itu namun faktanya demikian. Ini harus menjadi pemikiran bersama. “Ini seolah perguruan tinggi juga ikut andil dalam melahirkan sarjana yang durjana di negeri ini.” (Heri CS)