Topic Of The Day: Egoisme Gerus Nasionalisme

(ilustrasi: ichsanseptiawan)

Semarang, Idola 92.6 FM – Kemerdekaan memiliki makna kita mempunyai hak untuk menentukan jalan hidup kita sendiri. Namun, bukan berarti semua hak bisa terpenuhi. Demikian dikemukakan Alvin Lie, Nasionalis Lintas Etnis yang juga anggota Ombudsman Republik Indonesia (ORI), dalam diskusi Panggung Civil Society (PCS) bersama penyiar Nadia Ardiwinata, Kamis (18/8) pagi.

Kita sering mendengar ungkapan Bung Karno: “kemerdekaan hanyalah jembatas emas.” Menurut Alvin Lie, jembatan emas bermakna sarana untuk membawa kita dari satu tempat ke tempat lain. Sarana utk bawa ke masa depan yang lebih baik. “Jembatan sudah ada, tetapi jika tak mau jalan tak akan pernah sampai,” ujar Alvin Lie yang juga pengusaha ini.

Menurut dia, dalam konteks kekinian wujud nyata nasionalisme bisa dipraktikkan melalui sumbangsih pada Negara sesuai dengan peran dan bidang masing-masing. Dia mencontohkan, di bidang olahraga, apa yang dilakukan oleh pasangan ganda campuran bulutangkis, Ahmad Tontowi/Liliyana Natsir yang baru saja mendapat emas Olimpiade di Rio adalah semangat nasionalisme. “Kini berjuang tak lagi memakai bambu runcing namun melalui melakukan kebaikan untuk bangsa sesuai dengan peran masing-masing,” ujarnya.

Alvin Lie. (photo: mediaindonesia)
Alvin Lie. (photo: mediaindonesia)

Alvin Lie mengungkapkan, lunturnya nasionalisme saat ini, salah satunya disebabkan egoisme. Egoisme lebih kuatdaripada nasionalisme. Egoisme menggerus nasionalisme. Banyak orang saat ini lebih mementingkan kepentingan pribadi ketimbang kepentingan bangsanya. “Selain itu, mulai ada kecenderungan orang mulai tidak mematuhi aturan dan perundang-undangan itu juga menggerus nasionalisme.”

Indikator lain bentuk lain yakni makin lunturnya penggunaan bahasa Indonesia oleh instansi-instansi pemerintah. Negara kita memiliki Undang-undang terkait kebahasaan namun yang terjadi, banyak pejabat yang malah lebih bangga memakai bahasa asing. “Misalnya di kepolisian. Mereka lebih memilih istilah NTMC atau National Traffic Management Center. Padahal, bisa di-Indonesia-kan menjadi pusat manajemen lalu lintas nasional.”

Menurutnya, pembangunan negara saat ini tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah, tetapi juga memerlukan peran serta masyarakat seluruhnya. “Kita harus ikut kawal. Jika pemerintah masih ada yang kurang kita juga bisa aktif mengoreksinya. Untuk itu, juga dibentuk Ombudsman, yang berfungsi untuk mengawasi pelayanan publik baik yang dilakukan pemerintaha atau swasta.”

Terkait tantangan terbesar bangsa ini ke depan, menurut Alvin Lie, yakni harus bisa maju seperti bangsa lain. Hal itu harus dibarengi penguasaan iptek sebab perubahan saat ini begitu cepat. Selain itu, juga harus meningkatkan daya saing bangsa. “Intinya kita harus terus gerak. Seperti renang, jika kita tak gerak, maka akan tenggelam,” tandasnya. (Heri CS)

Dengarkan Podcast diskusi PCS dengan Alvin Lie: