Menyongsong Bonus Demografi, Bagaimana Agar Menjadi Anugerah Bukan Musibah?

Semarang, Idola 92.6 FM – Meski puncak bonus demografi tahun 2020-2040 tinggal sebentar lagi, kondisi berbagai syarat agar bonus itu bisa diraih masih memprihatinkan. Jika terlewati, kesempatan Indonesia menjadi negara maju hilang. Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi bangsa-bangsa lain. Bonus demografi bisa diraih jika sumber daya manusia yang dimiliki bermutu, lapangan kerja tersedia, jumlah tabungan rumah tangga memadai, dan perempuan masuk pasar kerja. Kondisi berbagai syarat itu saat ini dinilai masih jauh dari ideal.

Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sukamdi, dalam Seminar Nasional Hari Kependudukan Dunia 2017 di Jakarta, baru-baru ini menyampaikan, untuk mencapai bonus demografi, penduduk produktif harus dibuat produktif. Caranya, mereka harus bekerja dan mendapat pendapatan layak. Dengan bekerja, masyarakat jadi produsen. Dengan gaji layak, mereka bisa melakukan konsumsi dan menabung. Tabungan itu bisa untuk investasi hal produktif atau persiapan menghadapi masa tua.

Saat ini, meski pertumbuhan ekonomi stabil di atas 5 persen, kemampuannya menyerap tenaga kerja jauh berkurang. Pada 2009, setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen menyerap 500.000 tenaga kerja dan pada 2012-2015 hanya di bawah 200.000 orang. Gaji layak pun umumnya hanya dinikmati pekerja formal. Hal itu pun banyak memicu penganggur terdidik, terutama lulusan perguruan tinggi dan sekolah menengah kejuruan. Situasi itu berbahaya karena bisa memicu konflik sosial, ekonomi, dan politik.

Lantas, upaya apa yang bisa kita lakukan untuk menyongsong puncak bonus demografi agar menjadi anugerah bukan musibah? Seberapa siap pemerintah menyongsongnya? Apa kabar pula pendidikan vokasi yang kini sedang digencarkan pemerintah sebagai salah satu persiapannya?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, nanti kita akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof Muhadjir Effendy dan Yoris Sebastian Nisiho (penulis buku Generasi Langgas/Entrepreneur, dan juga pendiri OMG (Oh My Goodness). (Heri CS)

Berikut Perbincangannya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaPasar Properti di Kota Semarang Mulai Tunjukkan Tren Positif
Artikel selanjutnyaBPBD Jateng Tetapkan Sejumlah Daerah Berstatus Darurat Kekeringan Tahun Ini