Di Tengah Keriuhan Persiapan Kampanye Pilpres, Apa Kabar Bonus Demografi?

Puncak Bonus Demografi Ilustrasi
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Bonus demografi, memberi peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat pada tahun 2045. Momentum ini dinilai membutuhkan generasi muda pemimpin yang berintegritas.

Momentum bonus demografi yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia harus dimanfaatkan secara optimal. Kesempatan yang tidak datang dua kali ini, terus berjalan pada tahun 2030 hingga tahun 2045 sehingga Indonesia membutuhkan kaum muda yang mampu menjadi pemimpin berintelektual dan berintegritas untuk membawa Indonesia sejajar dengan negara-negara maju di dunia.

Kesempatan emas itu adalah momentum—untuk mengurangi angka pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Namun tantangannya, sampai saat ini Indonesia masih memiliki beragam permasalahan dari beberapa aspek.

Terkait persoalan ini, kita mestinya bisa belajar dari Korea Selatan. Pada tahun 1950, negara tersebut dinyatakan sebagai negara termiskin se-Asia. Tetapi seiring waktu, pernyataan itu dapat segera dipatahkan setelah memanfaatkan bonus demografi sehingga Korsel berhasil bangkit dari keterpurukannya. Melalui pendekatan budaya, lambat laun Korea selatan mampu berkembang pesat dan membalik keadaan.

Tak hanya Korea, Tiongkok dengan jumlah penduduk terbesar juga merasakan kejayaan akibat dari bonus demografi sekitar tahun 90-an. Keberhasilan itu terjadi karena bangsa Cina memberdayakan SDM dengan membuat industri rumahan. Sejalan dengan itu, Tiongkok juga mulai melakukan investasi besar-besaran di bidang pendidikan pada tahun tersebut.

Dengan latar belakang kedua negara tersebut yang mempunyai kemiripan dengan kita, Indonesia berpotensi menjadi pusat perhatian apabila berhasil memanfaatkan bonus demografi.

Nah, di tengah keriuhan persiapan kampanye Pilpres, apa kabar Bonus Demografi? Sudahkah kita Bersiap memanfaatkan “jendela sempit” itu? Berapa persen pertumbuhan ekonomi yang mesti dicapai, agar ledakan demografi dapat terakomodasi oleh lapangan kerja? Mampukah Indonesia mengambil keuntungan yang berdampak besar bagi kemajuan negara layaknya Korea Selatan dan Tiongkok di masa lampau?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Bhima Yudistira Adhinegara (Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) dan Dr Abdillah Ahsan (Kepala Lembaga Demografi FEB Universitas Indonesia). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: