Teater Sado, Bukan Teater Biasa Ala Aan Sugianto Mas

(Photo: Kompas)

Teater Bagi Aan Sugianto Mas (58), bukan sekadar teater biasa yang merupakan ajang belajar seni peran untuk pertunjukan di panggung. Dia memperlakukan teater sebagai kawah candradimuka bagi anak-anak muda mempersiapkan diri pentas di panggung kehidupan nyata. Semangat itulah yang ia kembangkan melalui Teater Sado di Kuningan, Jawa Barat.

Aan yang sehari-hari bekerja sebagai dosen Universitas Kuningan di kaki Gunung Ciremai, Jawa Barat, mendirikan Teater Sado pada tahun 1997. Awalnya, ini merupakan teater kampus. Belakangan, kelompok itu berubah menjadi arena pertemuan kreatif di bidang apa saja. Dalam perbincangan bersama Radio Idola, Aan berujar, membangun teater intinya adalah membangun kerja sama demi kehidupan.

(Photo: Galamedia)

Ia tidak menarik bayaran sepeser pun dari ratusan remaja yang datang silih berganti ke sanggar Sado. Aan juga tidak membuka pendaftaran untuk menjadi anggota sanggar. Mereka datang secara sukarela. Sebagian menginap karena datang dari jauh. Di halaman rumah yang dikemas seperti pedepokan itu, setiap hari berkumpul banyak orang muda kreatif yang memiliki beragam bakat. Mereka mengekspresikan potensinya untuk menghasilkan produk yang bisa dijadikan komoditas ekonomi. Aan menyadari betul bahwa kegiatan kesenian tidak bisa menopang kehidupan.

Aan mengamati potensi anak-anak yang mengunjungi sanggarnya. Lalu, ia menyediakan fasilitasnya. ”Ada yang pandai melukis, saya sediakan kanvasnya. Ada yang belajar fotografi dan kerajinan tangan. Setelah selesai belajar, mereka bisa pergi,” ujarnya.

Anak-anak yang datang silih berganti sama sekali tidak merugikan Sado. Ini malah menguntungkan karena talenta-talenta yang berkembang di kelompok bisa menyebar. Banyak di antara mereka yang akhirnya menjadi guru dan menularkan kreativitas kepada murid-muridnya. (Doni Asyhar)

Berikut perbincangan Radio Idola bersama Aan Sugianto Mas, Pendiri Teater Sado.