Tiongkok Kuasai Stok Pangan Dunia, Indonesia Masih Impor Beras

Semarang, 92.6 FM-Produsen beras di dunia hanya dikuasai lima negara. Yaitu Tiongkok, India, Thailand, Vietnam dan Indonesia. Sementara, konsumen beras secara global tidak terlalu banyak.

Harga beras di Indonesia sekarang hampir dua kali lebih mahal, jika dibandingkan harga beras internasional. Sehingga, hal itu berdampak pada gejolak dan ketahanan pangan nasional.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Prof. Dr. Bustanul Arifin mengatakan saat ini, produsen beras dunia adalah Tiongkok. Sebesar 65 persen beras Tiongkok menyebar di seluruh negara di dunia, termasuk ke Indonesia. Sementara Indonesia, pada 2016 kemarin masih mengimpor beras sebanyak 1,2 juta ton dan 200 ribu ton beras pada pertengahan 2017.

Menurut Bustanul yang juga menjabat Dewan Komisioner dan Ekonomi Senior Indef menjelaskan, tidak hanya produksi beras yang dikuasai Tiongkok tetapi beberapa komoditas lainnya. Komoditas kapas yang juga merupakan barang unggulan di Indonesia, ternyata dikuasai Tiongkok sebesar 50 persen lebih. Sedangkan Indonesia, tidak sampai 50 persen.

Bustanul menyebutkan, fakta dinamis global belakangan ini yang menempatkan beras sebagai makanan pokok sebagian masyarakat di dunia ternyata tidak ditangkap Indonesia. Negeri Tirai Bambu itu justru mengambil peranan dan menguasai distribusi beras di beberapa negara yang mulai menempatkan beras sebagai makanan pokoknya. Misalnya Brazil dan Turki sebagai negara konsumen beras baru di dunia.

“Keseimbangan global pasti mungkin akan dinamis dengaan pergeseran pola makan seperti itu. Kita mengurangi beras, mereka baru betol mau konsumsi beras. Sekarang, stok pangan dikuasai Tiongkok. Beras, jagung dan saat ini gandum,” kata Bustanul ketika memaparkan fondasi ekonomi pembangunan ketahanan pangan dan kesejahteraan, di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah, Selasa (10/10) siang.

Lebih lanjut Bustanul menyatakan, Indonesia belum bisa memainkan peran sebagai produsen beras dunia, karena persoalan beras dalam negeri cukup kompleks. Dari sisi produksi tidak ada masalah, tetapi distribusi ke pasar ada yang bermasalah.

Bahkan, beras menjadi salah satu pemicu kenaikan atau penurunan angka kemiskinan di Indonesia. Apabila harga beras bergerak, maka akan ada tambahan orang miskin baru. “Data Maret 2017, ada tambahan 6.900 orang miskin baru karena penyebab raskin telat disalurkan,” pungkasnya. (Bud)