Angka Ketimpangan Mulai Turun Tapi Masih Mencemaskan, Bagaimana Mengatasinya?

Semarang, Idola 92.6 FM – Data yang mencerminkan ketimpangan ekonomi seperti rasio gini, rasio gini lahan, serta porsi kekayaan, dan penguasaan asset, menunjukkan perbaikan dalam kurun waktu 2 hingga 3 tahun terakhir. Artinya, kesenjangan berkurang namun satu hal menjadi catatan penting, angka-angka itu tetap menunjukkan ketimpangan masih relatif tinggi.

Merujuk pada data di Harian Kompas (3/1), hal itu misalnya, bisa dilihat dari ketimpangan dalam hal simpanan masyarakat di bank umum. Dalam laporan distribusi simpanan bank umum Lembaga Penjamin Simpanan pada November 2017, sekira 64 persen dari total Rp5.279 triliun simpanan yang ada di perbankan Indonesia dikuasai oleh 0,2 persen masyarakat terkaya.

Data lain, yang diolah dari Forbes, BPS, dan Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan laju pertumbuhan kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia empat kali lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi nasional selama tahun 2006-2016. Pada kurun waktu yang sama, kekayaan 40 orang terkaya ini melonjak 317 persen, sementara pendapatan per kapita hanya tumbuh 52 persen.

Sekali lagi, meski cenderung turun tiga tahun terakhir, ketimpangan justru lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum reformasi 1998. Padahal, reformasi diharapkan mengubah struktur perekonomian Indonesia menjadi lebih adil.

Lantas, pertanyaannya, apa sesungguhnya yang menghambat penurunan ketimpangan yang masih mencemaskan ini? apa pula fokus yang mesti dilakukan pemerintah untuk mengatasinya?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu nanti kita akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Mohammad Faisal (Direktur Riset Center of Reform On Econimics (CORE) Indonesia dan Wijayanto Samirin (Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Ekonomi). [Heri CS]

Berikut Perbincangannya: