Memuliakan Ragam Pangan Lokal Untuk Mengatasi Ancaman Krisis Kedaulatan Pangan

Semarang, Idola 92.6 FM – Indonesia dikenal sebagai negeri subur, berlimpah sumber daya pangan. Namun, ketergantungan pada impor bahan makanan bisa membawa negeri ini ke dalam krisis pangan. Konsumsi gandum dan beras yang terus meningkat telah mendesak ragam pangan lokal. Indonesia terjerat pada ketergantungan bahan pangan impor.

Melihat kekayaan keragaman pangan kita, Nusantara memiliki 77 jenis tanaman sumber karbohidrat yang tersebar di sejumlah daerah. Dengan kebijakan pangan yang didasarkan keragaman, kita seharusnya tak kekurangan. Kita saat ini, sudah sangat tergantung pada komoditas pangan berbahan gandum. Padahal, seluruh gandum yang dikonsumsi di Indonesia merupakan impor.

Peringatan tentang ancaman krisis pangan ini disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa dalam diskusi di Kompas pekan lalu. Ia mengungkapkan, proporsi gandum sebagai pangan pokok kita sudah melonjak dari 21 persen tahun 2015 menjadi 25,4 persen pada 2017. Ini telah melewati ambang kritis 25 persen. Menurut Dwi, proporsi gandum sebagai pangan pokok akan terus meningkat setiap tahun. Yang menjadi persoalan, 100 persen gandum kita impor.

Lantas, upaya apa yang mesti dilakukan pemerintah untuk mengatasi ancaman krisis daulat pangan? Apa sesungguhnya akar masalah kita begitu tergantung pada gandum? Bagaimana pula memuliakan ragam pangan lokal kita untuk mengatasi ketergantungan kita pada sumber makanan berbahan gandum yang asalnya 100 persen kita impor? Guna menjawab pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara dengan Prof Dwi Andreas Santosa (Guru Besar Fakultas Pertanian IPB)/ [Heri CS]

Berikut Wawancaranya: