Menyoal Manajemen Talenta Pemerintah, Bagaimana Memagari Talenta-talenta Brilian agar Tetap Bertahan di Indonesia?

Semarang, Idola 92.6 FM – Di tengah terjadinya perebutan talenta-talenta terbaik (talent war) yang terjadi di dunia saat ini, Pemerintah Indonesia dinilai belum memiliki strategi untuk mengelola talenta-talenta brilian tersebut. Pemerintah Indonesia Indonesia mesti segera menyusun strategi untuk mengelola sumber daya manusia sesuai dengan rencana pembangunan nasional. Sebab, jika tidak, kecerdasan yang dimiliki talenta-talenta terbaik Indonesia akan diserap negara lain. Di sisi lain, keberadaan seorang talenta menjadi salah satu prasyarat jika Indonesia hendak memajukan Industri Kreatif.

Terkait dengan ini kita jadi teringat Kota kreatif dan Industri kreatif yang menjadi populer dan mendunia berkat publikasi Richard Florida, The Rise of the Creative Class (2002). Filosofinya adalah, selalu ada potensi kreatif di suatu tempat. Ini sekaligus menunjukkan bahwa kondisi perlu diciptakan agar orang dapat berpikir, merencanakan dan bertindak dengan imajinasi dalam memanfaatkan peluang atau mengatasi masalah perkotaan yang tampaknya sulit diatasi.

Kreatif secara epistemologi berarti sebuah kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru, namun membutuhkan “ekosistem pendorong” untuk melakukannya, dan bersifat individual. Sehingga yang dimaksud Kota Kreatif adalah Kota yang memiliki berbagai “ekosistem kreatif” yang mampu memicu sebuah kota untuk menggerakkan sumber daya manusia (individu) yang ada didalamnya agar memiliki kemampuan dalam membuat sesuatu yang baru, serta memiliki mental startup, yaitu: jiwa wirausaha, kreatif, dan produktif.

Richard Florida mengatakan, bahwa inovasi atau kreativitas dalam satu wilayah hanya bisa tumbuh subur atau eksplosif apabila wilayah itu memiliki tiga T yakni: tolerance (toleransi), technology (teknologi), dan talent (sumber daya manusia berbakat).

Lantas, menyoal manajemen talenta negara kita: apa yang mesti dibenahi dengan strategi pengelolaan SDM sebagai skema pembangunan nasional? Upaya apa yang mesti dilakukan agar talenta-talenta Brilian yang dimiliki tetap bertahan di Indonesia dan tidak melakukan brain drain ke luar negeri? Lalu, apa pula sesungguhnya factor yang membuat banyak talenta brilian kita justru minat ke luar negeri ketimbang mengabdi di Tanah Air?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Intan Ahmad, Ph.D (Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristek Dikti) dan Muchlis Rantoni Luddin (Sosiolog Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ)). [Heri CS]

Berikut diskusinaya: