Semarang, Idola 92.6 FM – Di era economy based-knowledge, kemajuan perekonomian sebuah negara akan lebih ditentukan oleh keberadaan talent-talent kreatif dalam sebuah ekosistem. Keberadaan creative class itulah yang akan mengakselerasi roda perekonomian. Sehingga, keberadaan ekosistem bagi talent-talent kreatif akan menentukan pendapatan per kapita penduduk di bagi sebuah Negara.

Connectography

Parag Khanna dalam bukunya, Connectography, menggambarkan akan banyak Negara yang tidak pantas lagi menjadi anggota G 20 dan digantikan oleh gubernur atau wali kota yang memimpin megacity, karena ukuran ekonominya melebihi sebuah negara.

Contoh yang paling fenomenal adalah California, negara bagian tempat Silicon Valley dan Hollywood berada ini memiliki ukuran ekonomi ke-6 terbesar dunia, mengalahkan Prancis. McKinsey & Co juga menjelasikan ukuran ekonomi kota Mumbai, yang setara dengan Malaysia, sedangkan perekonomian New Delhi setara dengan Filipina pada tahun 2030.

Intinya, ukuran ekonomi yang besar bergantung pada kemampuan sebuah negara atau suatu kota, dalam menarik creative class untuk tinggal, berinteraksi, dan berkarya sehingga mengakselerasi roda perekonomian.

Richard L. Florida, seorang ahli teori studi perkotaan di Amerika, membagi creative class menjadi dua yakni: super-creative core dan creative professionals. Super-creative core adalah penduduk yang menggunakan keahliannya untuk menciptakan kreasi-kreasi baru yang siap digunakan terdiri atas ilmuwan, engineers, artis, dan lain-lain.

Adapun creative professionals adalah penduduk yang memberikan jasanya sesuai dengan kompetensi fungsional yang dikuasainya, seperti pengacara, dokter, manajer, dan lainnya. Semakin tinggi proporsi creative class dalam sebuah wilayah, dapat dipastikan pendapatan per kapitanya juga meningkat.

Creative Class
ilustrasi/newsweek

Oleh karena itulah, kita menyambut baik upaya pemerintah yang akan merealisasikan program Manajemen Talenta Nasional. Dalam waktu dekat Presiden Joko Widodo akan menerbitkan peraturan presiden (Perpres) program Manajemen Talenta Nasional yang berfokus pada: bidang riset dan inovasi, bidang seni dan budaya, serta bidang olahraga.

Akan tetapi, kita ingin mendorong agar sudah mulai dipikirkan pula, ekosistem yang menarik para creative class untuk tinggal, berinteraksi, dan berkarya sehingga dapat mengakselerasi roda perekonomian kita.

Lantas, faktor-faktor penting apa dalam ekosistem manajemen talenta yang membuat para creative talent betah? Dengan kondisi yang kita miliki saat ini, bagaimana mengakselerasi keberadaan ekosistem yang ideal dalam menopang Manajemen Talenta Nasional?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro (Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)); Prof. Yasraf Amir Piliang (Pakar cultural studies Institute Teknologi Bandung); dan Abdul Fikri Faqih (Wakil Ketua Komisi X DPR RI). (her/ andi odang)

Dengarkan podcast diskusinya: