Defisit Sulit Dihindari karena Impor Migas Masih Dominan

Semarang, Idola 92.6 FM – Defisit neraca perdagangan masih sulit diatasi karena ketergantungan kita pada impor migas masih dominan. Kemampuan Indonesia memproduksi minyak dan gas hanya sampai 780.000 barel per hari, sementara kebutuhannya saat ini mencapai sekitar 1,4 juta barel per hari.

Demikian diungkapkan, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad saat diwawancara Radio Idola Semarang, Rabu (10/07/2019).

“Masalahnya, gas kita untuk konsumsi rumah tangga 70 persennya impor. Otomatis, permintaan ini sulit dihindari sehingga kita akan defisit di sektor migas,” kata Tauhid.

Direktur Eksekutif Tauhid Ahmad, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Sebelumnya, dalam sidang kabinet paripurna yang dipimpin Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Kepresidenan Bogor baru-baru ini mengemuka bahwa defisit neraca perdagangan masih belum berhasil diatasi. Upaya mengatasinya pun dinilai belum optimal.

Para menteri Kabinet Kerja diminta bekerja secara terintegrasi dan mengatasi akar masalah yang menyebabkan defisit neraca perdagangan masih tinggi. Sejauh ini regulasi dan birokrasi dinilai masih menjadi hambatan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Tauhid, ketergantungan impor migas ini menjadi salah satu penyebab defisitnya neraca perdagangan. Dari segi produksi, minyak dan gas secara umum mengalami penurunan secara alamiah. Dulu kita bisa mencapai 1.100 ribu barel per hari sekarang hanya 780 ribu barel per hari.

“Jadi otomatis, dari segi produksi kita mengalami penurunan. Terjadi karena faktor alamiah. Investasi baru tidak banyak terjadi dan yang menghasilkan terbatas,” tandasnya. (her)