Mereview Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Defisit Neraca Perdagangan

Defisit Neraca Perdagangan

Semarang, Idola 92.6 FM – Kombinasi terpuruknya ekspor dan lonjakan impor membuat neraca dagang RI kembali defisit. Tren proteksionisme global dan lonjakan impor konsumsi menjadi sorotan. Defisit November tahun ini tercatat 1,33 miliar dollar AS, menjadikan defisit 11 bulan pertama 2019 menjadi 3,105 miliar dollar AS. Defisit sangat besar November dipicu penurunan tajam ekspor di hampir semua sektor dan lonjakan impor, baik barang modal, bahan baku maupun barang konsumsi.

Pemerintah rencananya akan memulai transformasi ekonomi untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan pada awal 2020. Hal itu dilakukan dengan cara meningkatkan produk ekspor dan mengembangkan substitusi impor. Dua langkah prioritas itu terjabar dalam enam program perbaikan neraca perdagangan. Keenam program itu meliputi: implementasi mandatori biodiesel 30 persen, gasifikasi batu bara, restrukturisasi Trans-Pacifik Petrochemical Indotama (TPPI), pembangunan smelter, pengembangan kilang hijau, dan pengenaan bea masuk tindakan pengamanan sementara.

Melalui, enam program itu, target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 diharapkan terealisasi. Dalam draf rancangan awal RPJMN, pertumbuhan ekspor dan impor ditargetkan seimbang masing-masing 4,8 persen. Khusus ekspor non migas rata-rata ditargetkan tumbuh 7,2 persen. Adapun rata-rata pertumbuhan ekonomi pada periode 2020-2024 sebesar 6 persen.

Lantas, mereview upaya pemerintah dalam mengatasi Defisit Neraca Perdagangan. Langkah dan terobosan konkret apa yang mesti ditempuh? Sudah cukupkah formula yang disiapkan mulai tahun depan? Apa pula sesungguhnya tantangan terbesar dalam upaya memperbaiki defisit neraca perdagangan?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Mohammad Faisal (Direktur Eksekutif CORE Indonesia), Sofjan Wanandi (pengusaha Indonesia, aktif di KADIN dan APINDO), dan Lana Soelistianingsih (Kepala Ekonom dan Riset PT Samuel Aset Manajemen/ pengamat ekonomi UI). (Heri CS)

Berikut diskusinya:

Artikel sebelumnyaMenelaah Kebijakan Merdeka Belajar, Bagaimana Dengan Guru yang Kurang Memiliki Kemauan Kuat?
Artikel selanjutnyaBagaimana Memanfaatkan Lompatan Luar Biasa “Gemerlap” Ekonomi Internet agar Berkelanjutan, Merata, dan Meluas?