Menagih Komoditas Pangan Tak Sebatas Retorika Politik tapi Diwujudkan dalam Kehidupan Nyata?

Semarang, Idola 92.6 FM – Pangan selalu menjadi perhatian penting baik bagi masyarakat maupun Pemerintah Indonesia. Pangan juga menjadi komoditas politik yang seksi terutama pada masa-masa kampanye seperti yang baru saja berlalu.

Berdasarkan hasil kajian Kompas, pangan menempati isu terpenting untuk diselesaikan oleh presiden terpilih dengan persentase 51,8 persen, jauh melampaui infrastruktur (15,3 persen), sumber daya alam (12,1 persen), lingkungan (10,5 persen), dan energi (5,5 persen). Di Sektor pangan, harga pangan juga mendapat perhatian tertinggi responden sebanyak 45,5 persen diikuti ketersediaan pangan 30 persen dan strategi ketahanan pangan 8,2 persen.

Saat kampanye dan debat capres, muncul pula janji turunnya harga pangan dan pangan murah walaupun tidak tahu bagaimana cara mencapainya. Di sisi lain, disampaikan terjadinya kenaikan produksi, peningkatan kesejehateraan petani dan turunnya impor meskipun data dan kenyataan berkata lain.

Lantas, kini kita seolah ingin menagih. Bagaimana agar komoditas pangan tak sebatas hidup dalam dunia retorika namun nyata? Mesti dimulai dari mana mendudukkan persoalan pangan sebagai prioritas kebijakan di negeri ini? Apa pula sesungguhnya problem mendasar sehingga membuat pangan masih belum betul-betul terurus secara serius?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: M Husen (Dewan Pembina Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi)) dan Khudori (pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat 2010-2014). (Heri CS)

Berikut diskusinya:

Artikel sebelumnyaPertamina Siapkan Agen Elpiji Siaga Selama Ramadan Untuk Penuhi Kebutuhan Masyarakat
Artikel selanjutnyaBagaimana Menerapkan Digitalisasi Layanan Pemerintahan?