Mengantisipasi Kemacetan Arus Mudik Pasca Tersambungnya Tol Trans-Jawa?

Kendaraan pemudik memadati pintu gerbang tol Cipali, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (30/5/2019) (photo: Antara).

Semarang, Idola 92.6 FM – Sejumlah skenario rekayasa lalu lintas disiapkan untuk mengantisipasi kemacetan di Jalan Tol Trans-Jawa dan jalur pantai utara (Pantura). Petugas di lapangan juga diberi kewenangan untuk melakukan rekayasa. Puncak kepadatan arus mudik diperkirakan terjadi antara 30 Mei atau enam hari menjelang Lebaran dan 2 Juni mendatang atau H-3.

Untuk mengurai kepadatan di Tol Trans-Jawa, Korps Lalu Lintas Polri akan memberlakukan sistem satu arah (one way) mulai Kilometer 70 Cikampek sampai Kilometer 263 dan sistem lawan arus (contraflow) mulai Km 29 hingga Km 61. Skema lalu lintas itu diterapkan pada 30 Mei hingga 2 Juni 2019. Selain itu, pemerintah juga menerapkan pembatasan kendaraan barang pada waktu tersebut.

Demikian beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperlancar arus mudik dan mengantisipasi kemacetan. Namun jika masih terjadi kemacetan, Kepala Korlantas Polri Irjen Refdi Andri mengatakan, rekayasa lalu lintas yang diterapkan bersifat situasional. Hal ini berdasarkan pada kondisi lalu lintas di setiap jalur saat mudik dan balik baik di jalur tol maupun non-tol.

Pasca tersambungnya tol Trans-Jawa, kemacetan mudik diharapkan tidak terjadi lagi. Bagaimana antisipasinya? Berbagai skenario atau rekayasa lalu lintas yang disiapkan di jalan tol seberapa efektif akan mengurai kemacetan dan tak menimbulkan problem baru di jalan non-tol?

Guna menjawab pertanyaann-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Pengamat Transportasi dari ITB R. Sony Sulaksono Wibowo MT,Ph.D. dan Dirlantas Polda Jateng Kombes Rudy Antariksa. (Heri CS)

Berikut diskusinya: