Dilema Pendidikan di Masa Pandemi, Bagaimana Mengatasinya?

Ilustrasi Sekolah Daring

Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam inovasi ada istilah Paradoks keahlian, di mana pengalaman yang kita dapatkan dengan susah payah, dan proses yang menjadi dasar kesuksesan, seringkali justru bisa menjadi penghalang bagi tercapainya kemajuan. Karena, apa yang sudah kita tahu, terutama apa yang telah sama-sama kita “tahu,” akan menjadi beban.

Sehingga, seandainya saja dua bersaudara Wilbur dan Orville Right, dulu tidak hanya berijazah sekolah menengah—maka besar kemungkinan, mereka tidak akan pernah menciptakan pesawat terbang.

Untuk bisa keluar dari Paradoks Keahlian, kita memerlukan hadirnya para Zero-Grafity Thinker. Yang sesuai namanya, mereka adalah pihak luar yang ‘tanpa beban’ (zero gravity)—bisa berpikir di luar pakem atau di luar keharusan-keharusan—sehingga perspektif dan gagasannya sama sekali tidak terikat dengan “cara-cara tradisional.”

Sekolah di Era Pandemi Covid-19
Ilustrasi detik

Maka, pada hari-hari ini, ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, akan memberlakukan kurikulum darurat bagi guru dan siswa di tengah masa pandemi covid-19, kita juga perlu memperoleh perspektif dan solusi alternatif dari para Zero-Grafity Thinker untuk membantu menemukan jalan keluar terbaik bagi pendidikan anak-anak kita.

Mengingat, pendidikan bukan sekadar dan tidak terbatas pada urusan sekolah. Sehingga, tidak cukup dijawab dengan hanya mengotak-atik persoalan kurikulum. Apalagi menurut Ivan Illich dalam Deschooling Society, untuk memperoleh hasil belajar dari sebuah pendidikan, anak-anak cukup tumbuh berada di sekeliling orang-orang yang mempunyai keterampilan dan nilai-nilai yang patut dijadikan contoh.

Baca Juga:

Menurutnya, anak-anak yang menghadapi kawan-kawan yang menantangnya untuk bernalar, untuk bersaing, untuk bekerja sama dan memperoleh pengertian, bisa menuntun anak-anak pada pencerahan tanpa perlu embel-embel kurikulum yang mengekang. Benda-benda, contoh-contoh, kawan sebaya, para tetangga dan orang tua, merupakan media utama yang bisa membimbing, yang sekaligus akan mengasah daya imajinasi dan kreativitas peserta didik.

Yang sayangnya, hal-hal yang terakhir ini, hampir tidak pernah mendapatkan perhatian, di setiap diskursus mengenai pendidikan. Maka, bagaimana mengatasi dilema pendidikan di masa pandemi? Guna menjawab problematikan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Johanes Eka Priyatma, Ph.D; Juru wabah Universitas Indonesia, Dr Pandu Riono; Dosen IPB dan Pendiri Indonesia Heritage Foundation, Ratna Megawangi, Ph.D; dan mantan Associate Professor Nagoya University dan Dosen Udinus Semarang, Andy Bangkit, Ph.D. (Andi Odang/ her)

Berikut podcast diskusinya: