Mencari Terobosan agar 115 Juta Rakyat Rentan Tak Kembali Miskin

Middle Class (Ilustrasi)
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – Kita patut bersyukur—segala upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengurangi tingkat kemiskinan sedikit membuahkan hasil. Tingkat kemiskinan Indonesia mengalami penurunan yang berarti. Cukup banyak dari penduduk Indonesia yang sudah keluar dari jurang kemiskinan.

Bank Dunia mencatat selama 15 tahun terakhir, Indonesia telah membuat kemajuan luar biasa dalam mengurangi tingkat kemiskinan yang sekarang berada di bawah 10%. Selama periode itu kelas menengah Indonesia tumbuh dari 7% menjadi 20% dari total penduduk atau sekitar 52 juta orang. Namun yang perlu diperhatikan adalah masyarakat miskin yang baru saja keluar dari garis kemiskinan. Jumlahnya mencapai 45% dari penduduk Indonesia atau sebanyak 115 juta orang.

Meski demikian, Bank Dunia memberi catatan penting atau kalau boleh dibilang—peringatan. Bank Dunia dalam laporannya berjudul Aspiring Indonesia-Expanding the Middle Class baru-baru ini menilai, masyarakat Indonesia yang sudah keluar dari garis kemiskinan masih rentan untuk kembali miskin. Mereka yang berjumlah 115 juta orang yang baru saja terentaskan dari kemiskinan itu bukan berarti mereka terbebas dari kemiskinan. Sebaliknya, mereka yang baru keluar dari garis kemiskinan jika tidak memiliki kemampuan untuk masuk menjadi kelas menengah atau middle class, besar kemungkinannya kembali menjadi miskin.

Download laporan Bank Dunia selengkapnya disini

Pada dasarnya yang disebut middle class adalah mereka yang bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang baik. Padahal, pada situasi saat ini—di tengah ketidakpastian ekonomi global serta masih lambannya pertumbuhan ekonomi, kita harus akui, masih sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan dengan gaji yang mumpuni.

Lantas, dalam situasi ini—ketika Bank Dunia menyebut 115 Juta Rakyat RI rentan kembali miskin—langkah apa yang mesti dilakukan untuk mengatasinya? Terobosan apa yang mesti dilakukan untuk mendorong 115 juta yang rawan miskin bisa masuk ke kalangan kelas menengah (middle class) agar kita tak menuai jumlah kemiskinan baru yang besar? Di sisi lain, apakah adanya Omnibus Law—yang saat ini masih dalam proses penggodokan –mampu menjadi harapan solusi atas persoalan ini? diharapkan bias mendorong munculnya kelas menengah?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Tauhid Ahmad (Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), dan Lana Soelistianingsih (Ekonom Universitas Indonesia). (Heri CS)

Berikut diskusinya: