Bencana: Antara Takdir dan Ulah Kita

Gempa Mamuju, Sulawesi Barat
Basarnas mengevakuasi korban dari reruntuhan bangunan akibat gempa di Mamuju, Sulbar. (Photo: AFP)

Semarang, Idola 92.6 FM – Bencana, di antara takdir dan ulah manusia. Bencana adalah takdir karena kita tinggal di Indonesia yang terletak di simpang pertemuan tiga lempeng aktif; yaitu Indo-Australia di selatan, Eurasia di utara, dan Pasifik di timur yang menghasilkan lebih dari 70 sesar aktif dan belasan zona subduksi. Posisi ini, yang memunculkan jalur gempa dan rangkaian gunung aktif di seluruh Indonesia. Sehingga, dengan ancaman itu, menuntut kesiapan kita semua termasuk mitigasi bencana.

Tetapi, selain itu, bencana juga bisa terjadi akibat ulah kita karena seperti halnya banjir yang dipicu deforestasi, atau longsor akibat tata ruang yang kurang perhitungan. Hal itu pula yang terjadi di awal tahun ini. Kita seolah diingatkan oleh Alam, melalui bencana yang datang bertubi-tubi sejak awal tahun ini.

Bencana alam melanda sejumlah daerah di Indonesia dengan karakteristik kewilayahannya masing-masing. Rentetan duka dimulai dari Sumedang, Jawa Barat di awal tahun. Tanah longsor menelan 32 korban meninggal dunia. Banjir kemudian melanda Kalimantan Selatan yang menelan 15 korban jiwa, puluhan ribu rumah terendam, dan 112 ribu orang mengungsi.

400 Rumah Diperkirakan Hancur
Diperkirakan ada lebih dari 400 bangunan rusak akibat gempa bumi di Mamuju, Sulbar. (Photo: Reuters)

Belum kering tangis di Kalsel, gempa bermagnitudo 6,2 mengguncang Sulbar, Jumat, 15 Januari 2021 dini hari lalu. Per hari ini tercatat sudah ada 88 orang tewas. Kemudian, banjir rob juga menerpa pesisir Manado, menyusul tanah longsor sehari sebelumnya. Dan, terkini, banjir bandang hebat melanda Desa Tugu Selatan, Kawasan Puncak, Cisarua, Bogor—hingga ratusan warga dievakuasi.

Nah, merefleksi bencana yang bertubi-tubi datang di awal tahun ini, antara takdir dan kesalahan kita sendiri, bagaimana kita menyikapi? Bagaimana kita membudayakan kesiapan tanggap bencana ke depan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Hariadi Kartodihardjo (Guru Besar Kebijakan Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB)); Rio Rompas (Team Leader Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia); dan Prof Herry Purnomo (Peneliti Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR)/ dan Juga Guru Besar IPB)). (her/ andi odang)

Dengarkan podcast diskusinya: