Ketika Para Kader Parpol Turun Bersolidaritas di Tengah Banjir

Bagaimana Mendorong “Bibit Baik” ini agar Menjadi Arus Utama Perilaku Politisi Kita?

Kader Partai Demokrat memberikan bantuan kepada Korban Banjir
Kader Partai Demokrat memberikan bantuan kepada Korban Banjir di Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (20/2/2021). (Photo: Sindonews)

Semarang, Idola 92.6 FM – Banjir di sejumlah daerah pada Sabtu-Minggu akhir pekan lalu menyisakan duka bagi banyak warga di Tanah Air. Tidak hanya di Jakarta, banjir juga merendam permukiman warga di Bekasi, Karawang, Indramayu Jawa Barat, hingga Pekalongan dan Kota Semarang Jawa Tengah dalam beberapa waktu terakhir.

Di tengah keprihatinan itu, harapan timbul saat banyak kader partai politik turun membawa bantuan bagi warga. Mereka melakukan aksi sosial-solidaritas bagi para korban terdampak banjir.

Jauh dari kesan necis selama ini, mereka basah kuyup disorot kamera dan aksinya pun dibagikan ke media sosial. Adakah “udang di balik batu dan di balik banjir..?” Apakah ada tujuan politik di balik aksi para kader parpol tersebut? Hal ini soal lain lagi.

Namun, yang pasti, kesediaan para kader untuk membantu rakyat ini patut kita apresiasi. Bukankah, aksi sosial semacam ini lebih mulia dan berguna nyata bagi rakyat atau para pemilihnya, ketimbang hanya memoles citra diri pada poster-poster atau baliho yang dipampang di pinggir jalan atau dipaku di pohon-pohon…?

Menurut Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes, turun langsung membantu warga yang kebanjiran dan merawat lingkungan sekitar adalah cara baik yang dilakukan partai politik. Secara umum, upaya itu berdimensi sosial dan kemanusiaan yang tinggi, sekalipun tak dimungkiri ada upaya dari setiap parpol untuk merawat pemilih atau konstituennya.

Lantas, ketika para kader partai tergerak turun menerjang banjir dan bersolidaritas pada korban terdampak, sebagai bagian dari literasi politik–bagaimana mendorong bibit baik ini agar menjadi arus utama di peta perpolitikan kita?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr Arie Sudjito (Ketua Departemen Sosiologi FISIPOL Universitas Gadjah Mada Yogyakarta); Arya Fernandes (Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS)); dan Anis Byarwati (Politisi PKS/Anggota DPR RI). (her/andi odang)

Dengarkan podcast diskusinya: