Mengenal Gempa Swarm yang Mengguncang Banyubiru Ambarawa bersama BMKG

Daryono
Daryono Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG. (Photo: twitter.com/DaryonoBMKG)

Semarang, Idola 92.6 FM – Rentetan gempa swarm mengguncang kawasan Banyubiru Ambarawa dan Salatiga sejak Sabtu (23/10) hingga Senin (25/10) pagi kemarin. Bahkan dalam catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sampai Senin pagi, terpantau 34 kali gempa.

Menurut Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, seluruh gempa yang terjadi memiliki magnitudo kecil bahkan tidak ada yang melebihi magnitudo 3,5.

Menurut Daryono–yang akrab dipanggil mantri lindu ini, seluruh rangkaian rentetan gempa ini baik gempa utama (mainshock) dan 3 gempa susulannya (aftershocks) berpusat di komplek Gunung Telomoyo dan sekitarnya. Gunung Telomoyo merupakan gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang. Gunung ini memiliki ketinggian 1.894 m dpl dan merupakan gunung api yang berbentuk strato tetapi belum pernah tercatat meletus.

Gempa Ambarawa Salatiga
Gempa ke-34: Mag:2.5 SR, 25-Oct-21 05:05:59 WIB, Lok:7.275 LS,110.45196 BT (8 km BaratLaut KOTA-SALATIGA-JATENG), Kedlmn:11 Km ::BMKG – PGR VII (Photo: twitter.com/DaryonoBMKG)

Berdasarkan tulisan Daryono, dalam catatan sejarah gempa kuat dan merusak wilayah Salatiga, Banyubiru, dan Ambarawa pernah mengalami beberapa kali gempa signifikan, yaitu: Gempa Semarang, Salatiga, dan Ambarawa pada 24 September 1849; Gempa Banyubiru, Ambarawa, dan Ungaran pada 17 Juli 1865 dimana gempa ini menyebabkan rumah tembok retak; Gempa Semarang, Ungaran, dan Ambarawa terjadi pada 22 Oktober 1865. Pada keesokan harinya pada 23 Oktober 1865 guncangan gempa kembali terjadi diikuti gemuruh.

Kemudian, gempa Ungaran dan Ambarawa pada 22 April 1866, dimana gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok; Gempa Salatiga, Ambarawa dan Ungaran terjadi pada 10 Oktober 1872 dimana guncangan gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok; dan Gempa merusak terakhir adalah peristiwa Gempa Sumogawe, Getasan magnitudo M 2,7 pada 17 Februari 2014 dimana gempa ini merusak beberapa rumah diikuti suara dentuman keras.

Lalu apa sesungguhnya yang disebut gempa swarm? Bagaimana kita mengantisipasinya agar kita tak gagap dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi?

Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono. (yes/ her)

Dengarkan podcast wawancaranya:

Artikel sebelumnyaBagaimana Membuat Parpol Semakin Relevan dengan Minat Milenial?
Artikel selanjutnyaWagub Minta Obat Herbal Bisa Dikembangkan dan Dilestarikan