Peringati Hari Santri, ASN Pemprov Ngantor Pakai Sarung dan Koko

Pakai baju sarung saat rapat paripurna
Gubernur Ganjar Pranowo dan anggota DPRD Jateng memakai baju koko dan sarung saat mengikuti rapat paripurna, Jumat (22/10).

Semarang, Idola 92,6 FM – Pemprov Jawa Tengah menginstruksikan kepada para aparatur sipil negara (ASN) yang beragama Islam untuk memakai baju koko dan sarung saat berkantor, Jumat (22/10). Hal itu dilakukan, dalam rangka memeringati Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober.

Anggota DPRD Jateng Fraksi PKB Ahmad Fadlun mengatakan kegiatan Hari Santri yang dimaknai dengan memakai baju koko dan sarung bagi ASN beragama Islam patut diapresiasi, karena menjadi makna mengangkat derajat para santri. Sebab, memakai baju koko dan sarung tidak hanya dilakukan ASN di lingkungan pemprov saja tetapi juga anggota dewan.

“Terima kasih juga kepada provinsi, pak gubernur utamanya yang memberikan edaran seluruh OPD memakai seragam santri. Saya ikut-ikut ini pakai pakaian santri, ya sekadar ikut-ikut,” kata Fadlun.

Hal senada juga dikatakan anggota DPRD dari Fraksi Gerindra, Sriyanto Saputro yang menyebutkan bahwa pemakaian baju koko dan sarung saat bekerja untuk memeringati Hari Santri adalah sesuatu hal baru dan luar biasa.

Sriyanto menyebutkan, meskipun saat ini sedang berlangsung rapat paripurna juga tidak mengurangi formalitas dari rapat dewan. Harapannya, pemakaian baju koko dan sarung bisa menjadi tradisi dan berlangsung berkelanjutan.

“Tentunya kita menghormati Hari Santri, yang bagi kami tentunya ini hal baru. Peringatan Hari Santri ini kan juga baru beberapa tahun ini, dan ketika saya dapat informasi di grup saya langsung respon dan sempat guyon boleh pakai sarung gak? Ternyata pakai sandal juga nyaman,” ucap Sriyanto.

Sementara itu Gubernur Ganjar Pranowo juga tidak ketinggalan, berangkat ke kantor dan mengikuti rapat paripurna menggunakan baju koko putih dengan kain sarung batik dan peci hitam.

Menurut Ganjar, instruksi pemakaian baju koko dan sarung atau baju muslin bagi ASN beragama Islam sebagai wujud ngayubagyo peringatan Hari Santri dan bertepatan pada Hari Jumat.

“Jadi spiritnya adalah spirit kebersamaan, dan tidak tidak ada yang lupa dengan perjuangan para ulama dan santri. Dan nasionalisme dari santri itu keluar dengan satu pernyataan yang luar biasa. Jadi, cinta bangsa itu sebagian dari iman,” ujar Ganjar.

Lebih lanjut Ganjar menjelaskan, pemakaian pakaian ala santri saat peringatan Hari Santri diharapkan bisa memberikan sebuah spirit nasionalisme. Terutama, meneladani para ulama dan santri saat berjuang serta mengumandangkan resolusi jihad. (Bud)