Pertamax Bisa Minimalisir Perubahan Iklim

Semarang, Radio idola 92,6 FM – Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan perlu terus ditingkatkan untuk meminimalisir perubahan iklim akibat polusi udara. Apalagi, Indonesia juga telah menandatangani Perjanjian Paris pada tahun 2016 lalu, yang artinya telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas karbon di udara.

Pakar Lingkungan Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. Ir. Syafrudin CES MT mengatakan, penggunaan BBM kita sekarang sudah cukup moderat. Namun memang tetap perlu didorong untuk penggunaan BBM ramah lingkungan, artinya BBM yang pembakarannya tidak menambah beban kualitas udara, seperti Pertamax Series.

“BBM ramah lingkungan seperti Pertamax ini memiliki RON tinggi di atas 91, sehingga menghasilkan pembakaran yang baik, dengan tingkat karbon dan timbal yang rendah,” katanya.

Menurut Syafrudin, penggunaan Pertamax memang harus lebih digencarkan. Hal ini bukan saja merupakan kepentingan pemerintah, tapi juga untuk perbaikan iklim dan peningkatan indeks kesehatan masyarakat sendiri.

“Jika polusi semakin minim, maka iklim akan semakin baik, dan otomatis indeks kesehatan masyarakat juga semakin baik. Apalagi jika bicara efisiensi, berarti BBM dengan hasil pembakaran timbal rendah dan karbon yang rendah, itu yang harus digunakan,”  ungkapnya.

Seperti diketahui, sektor transportasi memberikan sumbangan 5-10 persen terhadap pencemaran udara yang memicu perubahan iklim. Dengan demikian, penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan sangat penting, sesuai dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 20 Tahun 2017 tentang Penerapan Bahan Bakar Standar Euro 4.

Untuk mengakselerasi penggunaan BBM ramah lingkungan, lanjut Syafrudin, pemerintah juga perlu memberikan dukungan berupa insentif, diantaranya dengan keringanan pajak. Selain itu, pemerintah juga perlu lebih tegas dalam penegakan aturan dalam penerapan BBM ramah lingkungan.

“Misalkan jika masyarakat telah menggunakan bahan bakar ramah lingkungan pada transportasinya, maka mereka diberi insentif dengan pengurangan pajak. Ini karena dia sudah memberikan kontribusi dalam lingkungan yang lebih baik,” ujarnya.

Syafrudin menjelaskan, penerapan penggunaan BBM ramah lingkungan juga perlu didukung oleh pemerintah daerah. Edukasi terhadap masyarakat harus terus menerus dilakukan, sehingga mereka terbiasa dalam menggunakan Pertamax Series tersebut.

“Dari sisi ekonomi terlihat memang agak berat, tapi lama kelamaan masyarakat nanti akan terbiasa dan otomatis terbiasa dengan Pertamax Series,” jelasnya.

Aspek Kesehatan

Dilihat dari aspek kesehatan, penggunaan BBM ramah lingkungan akan membuat udara lebih bersih dan sehat. Pasalnya, kadar gas karbondioksida (CO2) akan jauh berkurang, sehingga kesehatan paru – paru akan tetap terjaga, karena udara yang masuk ke paru – paru merupakan udara bersih.

Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro,  dr Susi Herawati, M.Kes menuturkan, jika paru – paru terlalu banyak menyerap CO2 maka akan   mempengaruhi kemampuan paru-paru dalam menyerap oksigen.

“Penggunaan BBM ramah lingkungan memang harus, karena kalau CO2 tinggi maka akan menyebabkan flek-flek di paru – paru dan kalau diukur dengan spirometer akan rendah,” tuturnya.

Menurut Susi, gangguan pada paru – paru akan bisa menyebabkan gangguan pula pada organ tubuh lainnya. Sehingga tubuh akan rentan dengan penyakit kronis.

“Selain tubuh mudah lelah, jika CO2 terlalu banyak terhirup kemudian masuk ke darah, maka akan mempengaruhi organ lainnya,” ungkap Susi.

Untuk itu, Susi pun mengimbau masyarakat untuk mulai membiasakan diri menggunakan BBM ramah lingkungan dalam menjaga lingkungan sehat. Apalagi, saat ini di tengah pandemi, sudah seharusnya masyarakat lebih peduli dalam menjaga kondisi kesehatan diri dan lingkungannya.

“Saya berharap masyarakat lebih sadar, karena sekarang sudah tersedia BBM yang lebih ramah lingkungan, yang harus digunakan untuk hidup lebih sehat,” pungkasnya. (tim)