Semarang, Idola 92.6 FM – Meski telah menjadi kesepakatan dan kesadaran bersama bahwa multikultural adalah realitas negara kita sehingga Bhinneka Tunggal Ika menjadi semangat dan spirit kita dalam berbangsa. Tetapi, riak-riak dan tantangan-tantangan selalu muncul.
Hal itu, seperti yang terjadi di Kabupaten Cianjur baru-baru ini. Beredar video viral di media sosial, yang memperlihatkan sejumlah orang dengan sengaja mencopot tulisan Tim Aksi Kasih Gereja Reformed Injili Indonesia dari kertas yang ditempel di atap Posko bantuan bencana gempa di Cianjur Jawa Barat.
Berdasarkan keterangan Polres Cianjur, aksi pencopotan label gereja itu dilakukan oleh organisasi masyarakat (Ormas) Garis Keras yang berada di luar wilayah tersebut. Bukan oleh warga setempat yang tinggal di posko pengungsian itu.
Sontak, aksi itu menyita perhatian publik, termasuk Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menyesalkan tindakan oknum tersebut. Dan, meminta aparat untuk menindak ormas tersebut.
Lalu, apa yang kurang, dan bagaimana memperkuat kesadaran kolektif masyarakat atas keberagaman bangsa?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, berdiskusi dengan narasumber: Halili Hasan (Direktur Riset Setara Institute/ Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta), Dr Saifur Rohman (Ahli filsafat dan Budayawan dari Universitas Negeri Jakarta), dan Arsul Sani (tokoh negarawan/politisi PPP).ย (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: