Bagaimana Mestinya Seluruh Stakeholder Membangun Narasi agar Tetap Menggairahkan Perekonomian?

Ilustrasi
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menegur Menteri Keuangan Sri Mulyani dan meminta untuk tak menakut-nakuti masyarakat terkait arah perekonomian tahun depan yang melambat.

JK mengaku teguran tersebut telah disampaikan melalui sambungan telepon. Ia menilai, pernyataan tentang beratnya tantangan ekonomi tahun depan tak akan memberikan solusi, justru membuat masyarakat makin waswas.

Jusuf Kalla menuturkan, apabila masyarakat pesimistis, maka orang kaya memilih untuk tidak bekerja dan menyimpan dolar dan emas. Kondisi tersebut menyebabkan ekonomi akan macet.

Mencermati teguran tersebut, ada 2 argumen kenapa JK menegur Menkeu:

Pertama, Perekonomian Indonesia tidak secara dalam terintegrasi dengan perkonomian dunia (bandingkan Singapore yang 90% lebih ekonominya terintegrasi) sehingga perekonomian mereka sangat terdampak oleh resesi global. Sedangkan Indonesia hanya terintegrasi di bawah 20%, di mana pendorong utama ekonomi kita adalah konsumsi.

Kedua, Ekonomi itu sesungguhnya rentan terpapar sentimen. Sehingga, ketakutan atau rasa takut akan bisa memerosotkan perekonomian.

Maka, bagaimana mestinya seluruh stakeholder “membangun narasi” agar tetep menggairahkan perekonomian? Ketika tahun depan ekonomi kita cenderung sedikit melambat, maka apa saja solusi alternatif yang bisa kita lakukan untuk mengkompensasinya?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: Dr Rahma Gafmi (Pengamat Ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya), Eko Listiyanto (Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)), dan Adhi S Lukman (Pengusaha/ Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI)). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: