Madu Borobudur Mulai Mendunia Sejak Pandemi

Petani madu di Desa Tuksongo
Petani madu di Desa Tuksongo di Kecamatan Borobudur di Kabupaten Magelang.

Semarang, Idola 92,6 FM – Madu Borobudur yang diproduksi secara rumahan milik Wijaya Farm di Kabupaten Magelang, mulai mendunia sejak pandemi COVID-19 melanda. Bahkan, produksi madu lokal yang saat ini go internasional itu mulai dilirik pembeli mancanegara berkat Lapak Ganjar.

Pemilik Wijaya Farm Madu Borobudur Aklis Nurdiansyah mengatakan dirinya mulai merintis produksi madu pada 2019, sebelum pandemi COVID-19 mulai terjadi. Bahkan, saat wabah virus Korona mulai masuk di Indonesia itu madu buatannya mulai banyak diminati masyarakat. Pernyataan itu dikatakan saat ditemui di rumahnya di Desa Tuksongo di Kecamatan Borobudur, belum lama ini.

Aklis menjelaskan, saat pandemi awal mulai terjadi permintaan akan madu mulanya berasal dari sekitar Borobudur atau Kabupaten Magelang. Namun, sejak dirinya mencoba mengikutkan promosi di Lapak Ganjar mulai berdatangan pesanan dari luar wilayah Kabupaten Magelang hingga mancanegara.

Menurutnya, pesanan mulai datang dari luar Jawa hingga Papua dan Kalimantan. Bahkan, salah satu pengusaha asal Magelang membawa madu buatannya untuk dijual di Swiss dan Belanda.

“Jadi karena masyarakat itu butuh madu semakin banyak, maka saya harus produksi karena di daerah Borobudur itu butuh sesuatu yang kualitas madunya itu kualitas terbaik. Jadi dari kita Wijaya Farm memberikan madu produksi kita itu memberikan manfaat, dan memberikan kesehatan. Yakni di masa COVID-19 ini madunya bisa untuk daya tahan tubuh kita lebih kuat dan kebal,” kata Aklis.

Lebih lanjut Aklis menjelaskan, dirinya saat pandemi COVID-19 di awal 2021 sempat kewalahan memenuhi permintaan dari pelanggan. Sebelumnya, dirinya sempat membagi stok madu untuk menjual 10 botol per hari di wilayah sekitar Kabupaten Magelang saja sekarang sudah menjual 40 boto per hari.

“Kita pernah kehabisan stok dan permintaan cukup banyak. Akhirnya, kita coba membagi berdasarkan daerah konsumen. Usaha ini melibatkan dua orang teman saya, satu sebagai pemburu lebah dan petani lebah,” pungkasnya. (Bud)